Jakarta, CNN Indonesia -- Kabid Binpres Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) Rexy Mainaky mengakui bahwa tanpa medali emas Olimpiade, kinerja kepengurusan era dirinya bisa dicap gagal.
Sejak menjadi Kabid Binpres di era Ketua Umum Gita Wirjawan, Rexy telah melakukan sejumlah perubahan signifikan. Sejumlah gelar bergengsi pun telah didapat di era Rexy jadi Kabid Binpres, mulai dari titel juara dunia, hingga juara All England.
"Bila gagal di Olimpiade, pastinya akan timbul persepsi negatif dari publik. Mereka tak lagi melihat prestasi di masa sebelumnya, ketika pemain Indonesia jadi juara dunia, All England, atau Asian Games," ujar Rexy.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ibaratnya, nila setitik bisa merusak susu sebelanga," sambung Rexy ketika ditemui di Pelatnas Cipayung, Jumat (22/7).
Rexy sendiri tak mau mengeluhkan kondisi tersebut. Bagi peraih medali emas ganda putra Olimpiade 1996 bersama Ricky Subagja tersebut, tim Bulutangkis Indonesia sudah harus siap dengan tekanan seperti itu.
"Kami harus menerima hal itu dan berusaha semaksimal mungkin di Rio de Janeiro nanti. Andai kami gagal meraih emas, setidaknya kami harus berjuang maksimal untuk kembali mendapatkan medali," kata Rexy.
Dalam empat tahun periode kepemimpinannya di bidang pembinaan dan prestasi, Rexy juga menolak menilai kinerjanya sendiri. Namun, ia mengakui kemajuan di sektor tunggal masih belum membuatnya puas.
"Saya tak mau memberi nilai pada kinerja saya sendiri, baik itu saat saya masih jadi pemain atau kini ada di tim kepelatihan," ucap Rexy.
"Namun saya akui tujuan saya mengangkat level tunggal putri belum sesuai harapan. Sedangkan untuk tunggal putra, kemajuannya mulai terlihat dalam satu tahun terakhir."
Untuk Olimpiade kali ini, Rexy mengakui ada tiga nomor yang jadi andalan, yaitu nomor ganda putra (Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan), ganda putri (Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari), dan ganda campuran (Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto).
"Namun bukan berarti saya mengesampingkan nomor tunggal (Tommy Sugiarto dan Linda Wenifanetri) karena mereka juga tetap memiliki potensi dan peluang."
"Dari nomor andalan tersebut, bila kami mampu meraih satu emas saja, maka hal itu sudah merupakan keberhasilan karena itu berarti kami mampu mengembalikan tradisi emas," kata Rexy.
Empat tahun lalu, Indonesia gagal melanjutkan tradisi meraih medali emas yang sudah berlangsung sejak bulutangkis pertama kali dipertandingkan di Olimpiade pada tahun 1992. Bukan hanya gagal meraih emas, tim bulutangkis Indonesia juga tak mampu meraih medali di London saat itu.
(har)