Jakarta, CNN Indonesia -- Akhirnya tabir misteri tentang kelanjutan Luis Enrique di Barcelona disibak dengan lugas oleh pria 46 tahun tersebut, Rabu (1/3).
Setelah pengumuman mengundurkan diri akhir musim ini yang disampaikan Enrique usai timnya membantai Sporting Gijon 6-1 di Camp Nou, Presiden Barcelona Josep Maria Bartomeu menyatakan batas waktu pihaknya merilis resmi nama pelatih baru.
"Kami akan terus bekerja dengan kerahasiaan, dengan tenang dan normal, hingga 30 Juni, dan lalu kami akan mengumumkan pelatihnya. Kami akan mengumumkan penerus Enrique pada 1 Juli, sementara saat ini kami akan fokus pada gelar," kata Bartomeu kepada
Barca TV.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca lebih lengkap: Barcelona Umumkan Pelatih Baru 1 Juli 2017Setelah kabar yang mengejutkan itu, media-media Spanyol melansir nama-nama yang liar beredar bakal mengganti posisi Enrique mulai musim depan.
Setidaknya sudah ada lima nama yang keluar untuk menggantikan Enrique mulai musim depan. Mereka adalah Jorge Sampaoli (Sevilla), Ernesto Valverde (Athletic Bilbao), Ronald Koeman (Everton), Juan Carlos Unzue (asisten pelatih Barcelona), dan Eusobio Sacristan (Real Sociedad).
Siapapun para calon pelatih itu adalah orang yang tangguh akan tuntutan selalu menang, dan paham akan filosofi permainan yang berakar dari pengaruh menyerang ala Johan Cruyff sejak 1980an.
Dari lima nama yang sudah terserak tersebut: Unzue, Sacristan, dan Koeman adalah sosok yang lebih pantas menjadi kandidat kuat pengganti Enrique. Pasalnya ketiga sosok tersebut lekat dengan Barcelona di jajaran kepelatihan. Mari mengupas peluang lima sosok yang beredar tersebut menjadi pengganti Enrique.
Dimulai dari Jorge Sampaoli...
Pelatih 56 tahun ini baru menjajaki kompetisi sepak bola di Eropa sejak tahun lalu, saat ditunjuk menjadi pengganti Unai Emery di Sevilla.
Sebelumnya Sampaoli adalah pelatih timnas Chile yang sukses membawa negara tersebut dua kali beruntun menjuarai Copa America, yakni Copa America 2015 dan Copa America Centenario 2016.
Di tangannya, Sevilla tetap mampu bertahan di papan atas La Liga meski ditinggal Unai Emery yang membawa klub itu hattrick trofi Liga Europa. Saat ini Sevilla ada di peringkat tiga La Liga terpaut lima angka dari Barca di puncak klasemen.
Tentang hubungannya dengan Barcelona, seperti dikutip dari ESPN FC, Sampaoli sempat secara terbuka mengaku tertarik melatih Blaugrana saat ada kesempatan itu. Dia pun terang-terangan memuji bintang Barca, Lionel Messi.
Itu cukup untuk menjelaskan bahwa pria berkepala plontos itu siap guna memaksimalkan sang bintang bila ditunjuk Bartomeu.
Namun, terlalu memuja Messi bisa menjadi bumerang. Pasalnya, itulah yang sempat dikeluhkan Enrique saat kapten timnas Argentina tersebut absen.
Hal lain yang membuat Sampaoli pantas diperhitungkan adalah agresifitas tim yang ia arsiteki. Sevilla di tangan Sampaoli adalah sebuah tim yang menyerang selama 90 menit.
Salah satu hal positif untuk menerka kiprah Sampaoli adalah perannya memanfaatkan trio MSN (Messi-Suarez-Neymar) dan filosofi tiki-taka.
Mantan pelatih Valencia dan juga asisten manajer Liverpool, Pako Ayestaran, menilai Sampaoli telah menyetir Sevilla dengan hasrat untuk menikmati sepak bola lewat permainan menyerang.
"Dia yakin tim yang berkarakter menyerang, terus maju dengan hasrat, adalah langkah terbaik untuk mendapatkan hasil bagus," tulis Ayestaran yang dikutip dari Independent pada sepekan lalu.
Selanjutnya Ernesto Valverde... Pelatih Athletic Bilbao ini penah merasakan langsung metode kepelatihan Johan Cruyff di Barcelona. Pria yang kini berusia 53 tersebut bermain sebagai penyerang dan membela Barcelona kurun waktu 1988-1990.
Namun, Valverde bukanlah pemain yang menonjol kala itu karena Cruyff lebih memilih Gary Lineker, Julio Salinas, Aitor Begiristain, dan Michael Laudrup di lini depan.
Valverde baru menonjol saat dirinya memutuskan pindah ke Bilbao--klub yang kini dia arsiteki sejak 2013 silam, dan sebelumnya 2001-2005.
Sejak 2013, Valverde mampu membawa Bilbao menjadi salah satu kuda hitam paling berbahaya bagi Real Madrid dan Barcelona. Valverde mampu membawa Bilbao kembali ke Liga Champions setelah 16 tahun absen.
Dua tahun lalu, pada 2015, Valverde mengejutkan publik Camp Nou di ajang Piala Super Spanyol. Skor agregat 5-1 (4-0 pada leg pertama) atas Barcelona membuat Valverde diperhitungkan sebagai pelatih kawakan.
Persoalannya, meski pernah berada di Barcelona, Valverde diragukan bisa klop dengan filosofi dan gaya permainan Blaugrana yang berbeda jauh dengan Bilbao.
Bilbao di bawah Valverde adalah tim yang memanfaatkan pertahanan sebagai kekuatan menyerang. Formasi standar Bilbao di bawah rujukan Valverde adalah 4-3-2-1 di mana penyerang veteran Aritz Aduriz menjadi ujung tombak.
Bagi Valverde kekuatan di lapangan hijau adalah dengan menekan tim lawan sehingga bingung dan lelah, atau kehabisan stamina.
Namun, pola permainan seperti itu berbeda dengan Barcelona. Dan, Enrique menemukan kelemahan dari strategi Bilbao. Itu bisa ditunjukkan dari hasil statistik kedua tim sejak Barca takluk di final Super Spanyol 2015. Sejak saat itu, Barca hanya kalah sekali. Bahkan pada pertandingan terakhir, Barcelona mendominasi dan menang 3-0 di Camp Nou.
Berkaca pada hal tersebut, Valverde sepertinya hanya bakal jadi penghias mulut untuk bursa pengganti Enrique.
Selanjutnya asisten Luis Enrique, Juan Carlos Unzue... Mengutip dari Diario Sport, Juan Carlos Unzue yang saat ini merupakan kandidat terkuat untuk menggantikan Enrique. Pasalnya pria yang saat ini merupakan asisten pelatih di Barcelona disebutkan sebagai sosok yang diusulkan Enrique ke manajemen.
Mantan kiper Barcelona di era kepelatihan Johan Cruyff itu merupakan asisten Enrique sejak melatih di Celta Vigo (2013/14). Unzue yang bermain di Barcelona kurun waktu 1988-1990 itu kembali ke Camp Nou mengikuti jejak Enrique pada 2014 silam.
Selain menjadi asisten Enrique, Unzue bisa dikatakan akrab dengan situasi ruang ganti Camp Nou sejak era kebangkitan di masa Frank Rijkaard.
Rijkaard mengangkat Unzue yang gantung sepatu pada 2003 silam sebagai pelatih kiper di Barcelona. Unzue pun melanjutkan kerjanya saat Barca dipimpin Pep Guardiola.
Pada 2010 silam, setelah lima tahun menjadi staf pelatih Barca, klub divisi dua meminangnya sebagai pelatih utama. Namun, hanya semusim Unzue kembali ke Camp Nou menjadi pelatih kiper.
Dua musim kemudian, Unzue kembali berkesempatan menjadi pelatih, ketika itu Racing Santander yang meminangnya. Namun, dia diberhentikan pada Agustus. Saat menganggur itulah Enrique meminangnya untuk menjadi asisten pelatih saat di Celta Vigo hingga saat ini.
Unzue tentu menjadi sosok yang akrab dengan filosofi, gaya permainan, serta pemain Barcelona. Satu-satunya hal yang menghambat adalah pengalaman Unzue memimpin langsung sebuah tim di kompetisi besar.
Tapi, Barcelona pernah punya pengalaman dengan naik kelasnya asisten pelatih dan mampu membawa tim itu juara. Dia adalah mendiang Tito Villanova. Villanova merupakan asisten Guardiola sejak di Barcelona B hingga ke tim utama.
Ketika Guardiola mundur, Villanova yang ditunjuk. Hasilnya cukup meyakinkan di bawah kendalinya Villanova menjuarai La Liga 2012/13.
Pada musim tersebut Villanova memimpin Barcelona di tengah penderitaan karena kanker yang lalu mencabut nyawanya pada 25 April 2014.
Atas dasar itulah, Unzue berpeluang naik kelas jadi pelatih utama Barcelona terkait kedekatannya dengan sistem permainan dan pemain Barcelona kurun waktu lebih dari satu dekade ini.
Selanjutnya mantan asisten Frank Rijkaard, Eusebio Sacristan... Sama seperti Luis Enrique dan Pep Guardiola, Eusobio Sacristan adalah mantan pelatih tim Barcelona B (2011-2015). Namun, berbeda dengan dua koleganya yang naik kelas, Sacristan justru dipecat dari tim tersebut pada 2015 silam.
Salah satu yang membuat dirinya pergi adalah kemarahan suporter. Seperti dilansir dari ESPN FC, para suporter marah karena kala itu Sacristan lebih memilih memakai pemain baru dibandingkan para pemuda jebolan La Masia untuk tim Barcelona B. Walhasil, ditambah hasil buruk, manajemen akhirnya memecat Sacristan dari tim tersebut.
Real Sociedad lah yang kemudian menampung Sacristan sejak 2015, kala ia baru dipecat Barca. Sociedad menunjuk Sacristan pada 9 November 2015 sebagai ganti David Moyes yang kesulitan memimpin tim tersebut di La Liga.
Di bawah kendali Sacristan, Sociedad berhasil finis di peringkat sembilan La Liga dan tampil hingga babak 32 besar La Liga. Musim ini, Sociedad pun tampil mengejutkan dan menempel zona Liga Champions yang posisi terakhir masih dipegang Atletico Madrid.
Di tim yang dikomandoi sang kapten Xabi Prieto, Sacristan menunjukkan strategi permainan lewat operan-operan bola yang atraktif. Pola itu tak lepas dari filosofi yang ia kenal sejak mengawali karier kepelatih pada 2003 silam.
Kurun waktu 2003-2008 Sacristan adalah asisten Frank Rijkaard saat melatih Barcelona. Sempat direkrut sebagai pelatih utama Celta Vigo selama semusim (2009/10), Sacristan kembali ke Camp Nou untuk melatih tim Barcelona B kurun waktu 2011-2015.
Pengalamannya di Camp Nou, serta kejutan yang ia tampilkan bersama Real Sociedad sepanjang musim ini menjadi pertimbangan keras bagi Bartomeu untuk tak memasukkannya sebagai salah satu kandidat kuat pengganti Enrique musim depan.
Selanjutnya Ronald Koeman... Ronald Koeman sudah masuk radar untuk menjadi pelatih Barcelona sejak akhir musim lalu.
Pasalnya dia adalah sosok yang dinilai pas untuk menggantikan Luis Enrique berdasarkan pengalamannya. Sama seperti Enrique, Koeman adalah bintang yang menjadi salah satu otak permainan Barcelona saat masih aktif bermain.
Koeman pun adalah murid langsung dari Johan Cruyff--sang dewa Total Football yang mempengaruhi gaya permainan Barcelona.
Berkaca dari jalan kariernya, Koeman adalah sosok yang kaya dengan kesuksesan bersama Barcelona. Dia adalah sosok kunci dari permainan menyerang Barcelona meski berstatus sebagai bek sentral. Salah satu kekuatan terhebatnya adalah kemampuan dalam mencetak gol lewat tendangan bebas dan bola mati.
Setelah gantung sepatu, Koeman sempat mengawali karier kepelatihannya sebagai asisten Louis van Gaal kala menukangi Barcelona kurun waktu 1997-2000. Puas di Barcelona, Koeman kaya akan pengalaman melatih klub-klub besar sepak bola. Beberapa di antaranya Ajax Amsterdam (2001-2005), Benfica (2005/06), PSV Eindhoven (2006/07), Valencia (2007/08).
Setelah melatih Feyenoord (2011-2014), Koeman mencoba petualangan baru di liga terketat sedunia, Liga Inggris. Southampton adalah klub pertamanya dan ia membuat kejutan di musim pertama.
Setelah dua musim, Koeman pun pindah ke Everton dengan masa tiga tahun kontrak.
Pola permainan menyerang yang dianut Koeman, ditambah filosofi Total Football yang dipelajarinya dari Cruyff dinilai bisa bermanfaat bagi Barcelona.
Satu hal yang mengganjal adalah Koeman terlanjut menyatakan ingin berkonsentrasi dulu bersama Everton, serta menghormati kontraknya di tim Merseyside tersebut.
"Rumor ini tidak mengejutkan saya. Ini bukan sesuatu yang baru, sudah lima atau enam tahun terakhir saya dihubungkan dengan Barcelona," ujar Koeman kepada Sky Sports seperti dilansir Sport.es.
"Ketika saya masih melatih di Belanda, bersama Feyenoord, saya sudah dihubungkan dengan mereka. Tapi, situasinya dulu berbeda dengan sekarang."