Bek tengah Liverpool, Virgil Van Dijk, dikritik karena dianggap sudah merasa di puncak kejayaan dan tidak memiliki motivasi tampil lebih baik.
Blunder pada matchday pertama Liga Inggris, ketika Liverpool menghadapi Leeds United, membuat Van Dijk tak henti mendapat sorotan.
Mantan pemain timnas Belanda di era 1980-an, Wim Kieft, menilai Van Dijk harus tetap rendah hati dan tidak cepat lupa daratan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia tidak tajam, dia berperilaku seperti seorang yang sudah menjadi bintang, pemimpin pelatih hebat, yang menunjukkan dia tidak menyukai sesama pemain. Pada saat yang sama dia bermain malas dan teledor," kata Kieft.
"Dia membuat kesalahan dan sering lari dari tugas sebagai pemain bertahan dalam sebuah pertandingan. Dengan statusnya sekarang, dia seharusnya berada di garis depan pertempuran," lanjut sosok yang turut membawa timnas Belanda meraih gelar Piala Eropa 1988.
Sejak bergabung dengan Liverpool pada pertengahan musim 2017/2018, Van Dijk sukses mengangkat popularitas dengan baik. Selain membawa The Reds meraih gelar Liga Champions dan Liga Inggris, gelar-gelar individu yang prestisius pun dimiliki mantan pemain Southampton itu.
Kieft menilai gelimang gelar tersebut seharusnya memacu semangat Van Dijk agar tampil lebih baik lagi.
"Van Dijk butuh waktu lama untuk mencapai level top internasional. Dia telah berada di tempat itu dalam dua musim terakhir, tetapi penting bagi Van Dijk untuk terus mengkritik diri sendiri," jelas Kieft dikutip dari Telegraaf.
"Lingkungannya juga memiliki peranan penting. Tidak masalah jika para pelatihnya memberinya semangat," sambungnya.
Sebelumnya mantan pemain Liverpool yang kini menjadi pengamat sepak bola, Jamie Carragher, juga mengkritik performa Van Dijk ketika melawan Leeds United dengan menyebut bek asal Belanda itu arogan.
(nva)