ANALISIS

Man City Juara Liga Champions, Sekarang atau Tak Sama Sekali

Oscar Ferry | CNN Indonesia
Kamis, 25 Feb 2021 20:24 WIB
Pep Guardiola melakukan perubahan pada pendekatan taktiknya yang membuat Manchester City menjelma menjadi tim menakutkan di musim ini.
Man City jadi favorit juara, baik Liga Champions maupun kancah domestik. (AP/Clive Brunskill).
Jakarta, CNN Indonesia --

Manchester City musim ini menjelma menjadi tim menakutkan, tak hanya kancah domestik, tapi juga Liga Champions. Peluang mereka juara Liga Champions, bahkan juga Liga Inggris amat terbuka.

Termutakhir, The Citizens mampu menjungkalkan Borussia Moenchengaldbach dua gol tanpa balas. Modal penting di leg pertama babak 16 besar Liga Champions.

Gol kemenangan Manchester Biru diciptakan lewat tandukan Bernardo Silva di menit ke-29, dan sontekan Gabriel Jesus menit ke-65.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Itu merupakan kemenangan ke-19 secara beruntun di semua kompetisi. Catatan gila dari Man City di musim ini. Lebih gila lagi, mereka belum tersentuh kekalahan dalam 26 laga terakhir, hanya diselingi tiga kali seri.

Terakhir mereka kalah saat ditekuk Tottenham Hotspur 2-0 di ajang Liga Inggris pada 21 November lalu. Artinya sejak saat itu, mereka berlari kencang di ajang Liga Inggris, Piala FA, Piala Liga, maupun Liga Champions.

Raheem Sterling cs sejatinya di awal musim sempat diragukan, khususnya di Liga Inggris. Mereka bahkan sempat terlempar dari enam besar klasemen sebelum akhirnya perlahan tapi pasti kembali ke fitrah sebagai tim favorit juara.

Manchester City's Gabriel Jesus, center, in action during the Champions League round of 16 first leg soccer match between Borussia Monchengladbach and Manchester City at the Puskas Arena stadium in Budapest, Hungary, Wednesday, Feb. 24, 2021. (AP Photo/Laszlo Balogh)Kemenangan Man City atas Borussia M'Gladbach merupakan yang ke-19 secara beruntun. (AP/Laszlo Balogh)

Kini mereka bak pesawat tempur yang melesat kencang karena mampu menghabisi siapa pun lawannya. Di Liga Inggris, mereka tak ada saingan sejauh ini.

Tottenham yang mengalahkan mereka balas dibabat. Liverpool digilas tanpa ampun di Anfield. Chelsea dan Arsenal juga senasib, digasak di rumah sendiri.

Di Piala FA, mereka kini berada di perempat final dan akan berhadapan dengan Everton pada 20 Maret mendatang. Peluang mereka melaju hingga final bahkan juara sangat terbuka jika menilik performa saat ini.

Pun begitu di Piala Liga, Man City akan menantang Tottenham di final 25 April mendatang. Harusnya Man City bisa mengalahkan Spurs jika tetap menjaga performanya.

Sementara di Liga Champions, Man City harus betul-betul tak melepas pedal gasnya. Sekali melepas, maka mereka mengulangi musim-musim sebelumnya.

[Gambas:Video CNN]

Sejak era Pep Guardiola, Man City terkenal mudah lolos dari fase grup tapi kerap terhenti di fase gugur. Pada 2016/2017, Man City didepak AS Monaco di babak 16 besar setelah kalah agregat 6-6 (menang 5-3 di leg pertama, dan kalah 1-3 di leg kedua).

Di musim-musim berikutnya mereka selalu mentok di perempat final. Pertama disingkirkan Liverpool pada 2017/2018 karena ditekuk dua kali, 0-3 dan 1-2.

Lalu ditendang Tottenham pada 2018/2019 usai kalah agregat secara dramatis 4-4 (kalah 0-1 di leg pertama dan menang 4-3 di leg kedua).

Terakhir dikandaskan Olympique Lyon pada 2019/2020. Mereka kalah 1-3 dalam laga satu leg tersebut.

Karena itu, mumpung tengah dalam performa impresif di musim ini, Man City harus mempertahankannya hingga akhir kompetisi. Terutama Liga Champions.

Sebab jika bukan sekarang, maka musim-musim berikutnya pasti akan jauh lebih sulit lagi, karena para pemainnya yang tak mungkin bisa terus menerus dalam performa bagus seperti musim ini atau tim-tim lawan yang mulai bisa mengantisipasi taktik Pep musim ini.

Evolusi Taktik Guardiola

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER