Pengamat olahraga nasional, Kusnaeni, mengingatkan PBSI agar memikirkan cara supaya bulutangkis lebih digemari masyarakat dunia. Usulan perubahan sistem skor dari 3x21 ke 5x11 jangan sampai hanya jadi ajang cari untung.
"Sekarang, yang lebih penting, bagaimana caranya agar bulutangkis lebih digemari di dunia, meski dengan risiko Indonesia jadi tidak dominan," kata Kusnaeni kepada CNNIndonesia pada Kamis (8/4).
Maksud Bung Kus, sapaan akrab Kusnaeni, perubahan sistem skor dalam bulutangkis sudah beberapa kali dilakukan. Pengujian sistem 5x11 pun sudah diuji coba. Idealnya, perubahan sistem kali ini lebih kepada tujuan jangka panjang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun perubahan sistem skor ini diusulkan Indonesia dan Maladewa serta didukung federasi bulutangkis Asia. Usulan ini juga sudah masuk agenda rapat tahunan BWF.
"Bulutangkis butuh hal lain ketimbang perubahan skor yang itu-itu saja. Bulutangkis butuh popularitas, butuh jangkauan yang lebih mendunia. Itu jauh lebih penting. Saat ini bagaimana agar bulutangkis menjadi cabang tetap di Olimpiade," ucap Kusnaeni.
Mantan jurnalis olahraga ini menambahkan, soal sistem 5x11 itu lebih menguntungkan atlet Indonesia, China, atau Eropa, bisa diperdebatkan. Menurutnya, soal untung rugi bisa dibaca lewat perspektif yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan.
Sebagai contoh, Kusnaeni menjelaskan, tak bisa dimungkiri pemain-pemain Eropa lebih nyaman bermain dalam tempo pendek. Sebaliknya, pemain-pemain seperti Indonesia dan China lebih suka main dalam tempo tinggi, cepat, dan rentang waktu lama.
"Buat bulutangkisnya mana yang lebih diuntungkan? Itu yang lebih penting. Buat bulutangkisnya yang lebih penting. Jangan sampai bulutangkis tak bisa mempertahankan tempatnya di Olimpiade. Itu akan menjadi pukulan balik," kata Kusnaeni.
Pada intinya, Kusnaeni berharap PBSI tak hanya memandang perubahan sistem skor untuk urusan bisnis dalam arti penjualan dan urusan untung menguntungkan. Baginya, Indonesia, yakni PBSI, harus menjadi pelopor perubahan besar.
"Pertama, jangan pertimbangannya hanya bisnis untuk kepentingan televisi. Kedua, jangan hanya untuk kepentingan praktis. Misalnya, Indonesia diuntungkan dengan format 5x11 ketimbang 3x21, karena lebih berpeluang menang di Olimpiade," Kusnaeni mengingatkan.
(abd/rhr)