PODIUM HIJAB

Ketaatan Bilqis Abdul Qaadir yang Mengubah Dunia Basket

CNN Indonesia
Rabu, 05 Mei 2021 16:00 WIB
Bilqis Abdul Qaadir pilih pensiun daripada lepas hijab. (Getty Images via AFP/DIA DIPASUPIL)
Jakarta, CNN Indonesia --

Bilqis Abdul Qaadir adalah gadis berhijab Amerika Serikat yang memiliki impian besar sebagai pebasket profesional.

Cita-cita itu dipupuknya sejak usia dini, ketika masih 4 tahun. Begitu duduk di kelas 8, dia mendapat kesempatan bermain di tim basket Sekolah New Leadership Charter. Dari sana Bilqis mulai mengabdikan dirinya untuk basket.

Selama di tingkat sekolah, rekor Bilqis di olahraga bola basket benar-benar mengesankan. Dikutip dari CNN, dia menjadi pemegang rekor mencetak poin di sekolah tingkat menengah di negara bagian, baik di tim putra maupun putri.

Rekor poin yang dibuat Bilqis adalah rata-rata 42 poin per gim, dan total mencetak 51 dari peluang 56 poin pada pertandingan terakhirnya sebelum lulus.

Bakat luar biasa itu dilanjutkan Bilqis dengan bermain di Universitas Memphis hingga dia lulus. Dalam kariernya di dunia basket universitas, Bilqis masih bisa mencetak rata-rata 7,8 poin per gim.

Progres terus ditunjukkan gadis kelahiran 11 November 1990 itu dengan menjadi pebasket putri pertama yang mengenakan hijab saat tampil di kompetisi basket Divisi I NCAA bersama Universitas Indiana State.

Kegemilangan di Divisi I NCAA membawanya menatap karier profesional, mimpi yang selama ini dipendam Bilqis.

Pada 2013 saat bermain di Indiana State, Bilqis mendapat tawaran bermain di Eropa. Akan tetapi, menurut agennya, Federasi Bola Basket Internasional (FIBA) melarang Bilqis tampil dengan mengenakan hijab.

Bilqis Abdul Qaadir merupakan pemain potensial di usia remaja. (Getty Images via AFP/NICHOLAS HUNT)

Menurut FIBA, hijab merupakan busana religius yang identik dengan agama tertentu sehingga bertentangan dengan netralitas dalam olahraga basket. Selain itu hijab juga bukan bagian dari standar pakaian yang ditetapkan FIBA. Larangan itu jadi tantangan terbesar dalam karier Bilqis.

"Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya benar-benar diuji," kata Bilqis kepada CNN.

Dalam situasi tersebut, kegundahan dan kesedihan mendalam dirasakan Bilqis. Dia dihadapkan pada pilihan sulit, meraih mimpi atau mempertahankan kehormatan sebagai wanita Muslim.

"Mereka (FIBA) mengatakan kepada saya bahwa liga ingin menjaga permainan bola basket tetap netral secara agama,"
kata Bilqis.

"Ketika kami bertanya kepada mereka, mengapa atlet yang memiliki tato religius, seperti salib atau kitab suci, diizinkan bermain, mereka kemudian kembali berkilah dengan menyebut hijab tidak diperbolehkan karena itu berbahaya bagi keselamatan," ucap Bilqis melanjutkan.

Keputusan besar diambil Bilqis. Dia mengorbankan mimpinya menjadi pebasket profesional.

"Saya tidak bisa bermain secara profesional, jadi saya harus membuat keputusan. Saya [sempat] mempertimbangkan untuk melepas hijab untuk bisa bermain," ucap Bilqis.

"Itu adalah mimpi sejak saya masih kecil, dan berhijab adalah keyakinan saya yang menahan saya untuk mencapai impian. Saya begitu hancur," kata Bilqis menambahkan.

Meski demikian Bilqis tidak berhenti memperjuangkan hak-hak pebasket wanita berhijab yang ingin meniti karier sebagai pemain profesional.

Jiwanya terpanggil guna mengubah aturan FIBA soal larangan penutup kepala bagi atlet putri. Tujuannya, agar basket lebih mudah diakses pemain lain yang tetap berpegang teguh pada agamanya.

Pada 2014 Bilqis mengajukan petisi kepada FIBA guna mengubah aturan tersebut. Gayung bersambut. Di tahun yang sama, FIBA meninjau masukan itu.

"Ada saat-saat di mana saya seperti 'Lupakan ini, mengapa saya melakukan ini? FIBA tidak bergerak, mengapa saya masih terus maju?' Itu semakin sulit," ucap Bilqis.

Akhirnya, pada Oktober 2017 FIBA menyetujui aturan baru yang memungkinkan pemain memakai penutup kepala. Guna meminimalkan risiko cedera, warna penutup kepala itu disamakan dengan seragam tim.

Keputusan FIBA itu juga dirayakan banyak pemain dari agama lain, termasuk Yahudi yang memakai kippah dan Sikh yang menggunakan sorban.

Usaha Bilqis selama empat tahun belakangan tidak sia-sia. Pengorbanan dengan mengubur cita-cita menjadi pebasket profesional kini telah membuka jalan bagi pebasket Muslim lain dan juga agama lain terus mengejar mimpinya.

Bilqis: Saya Tak Ingin Gadis Muslim Lain Berkorban


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :