Lifter nasional Eko Yuli Irawan merasa puasa Ramadan dan lebaran 2021 penuh ujian berat yang harus dilewati. Bukan hanya sekadar harus berlatih maksimal sebagai persiapan tampil di Olimpiade Tokyo 2020, tapi juga dengan segudang permasalahan yang ada dalam masa persiapan tersebut.
Eko awalnya berencana merayakan Idulfitri di kampung halamannya, Metro Lampung. Keinginan itu cukup besar lantaran tahun lalu ia juga menunda menjenguk orang tuanya lantaran kondisi pandemi Covid 19.
"Sebenarnya kondisi pandemi sekarang sudah lebih baik, tapi kan mudik masih belum boleh. Jadi kami ikut aturan saja demi kebaikan bersama. Orang tua di kampung juga sebenarnya terus menunggu saya pulang," kata Eko kepada CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eko bisa saja sedikit memaksa pulang kampung sebelum penutupan arus mudik diberlakukan. Tapi, ia juga masih harus menjalani kewajiban latihan angkat besi persiapan ke Olimpiade Tokyo setiap harinya.
Ditambah lagi kondisi keuangan yang tidak memungkinkan, setelah sejak Januari sampai April 2021, uang sakunya ditahan karena mendapatkan teguran dan Surat Peringatan (SP) dari Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI).
Eko mendapatkan teguran karena disebut tidak pernah latihan lagi di pelatnas angkat besi. Ia juga disebut lebih banyak berlatih mandiri di rumah untuk persiapan menuju Olimpiade Tokyo akibat imbas dari pandemi Covid-19.
Eko juga dianggap membangkang karena kebutuhannya tak dipenuhi terkait permintaan mendatangkan Lukman, eks pelatih Pelatnas angkat besi, untuk melatihnya kembali.
![]() |
"Selain latihan, uang untuk pulang kampung kan juga tidak sedikit. Ongkos saja pulang-pergi sudah Rp4 juta. Belum lagi kalau di kampung pasti kasih orang tua, saudara. Gara-gara banyak kendala tahun ini, saya pikir belum bisa pulang. Mau tidak mau saya kasih pengertian ke orang rumah yang mengharapkan kumpul bersama keluarga untuk memahami kondisi ini," ujar Eko.
Setiap lebaran Eko juga biasanya sering membagikan uang kepada sanak saudara. Sayang, kebiasaan itu tidak bisa ia lakukan di lebaran Idulfitri tahun ini.
"Biasanya kasih ke keponakan uang. Karena masih banyak kendala, dari Januari sampai April ini belum ada kejelasan, ya bagaimana. Ibaratnya, biaya hotel dan makan saya tanggung sendiri. Alhamdulillah keluarga sedikit banyak tahu kondisinya, jadi saya minta sabar dulu sampai nanti setelah Olimpiade," ucap Eko.
Meski hidup dirasa berat, Eko tak mau mengeluh dan mempertanyakan kondisinya saat ini. Ia hanya mencoba bersyukur dan menikmati setiap proses yang dianggapnya sebagai takdir dari Yang Maha Kuasa.
Eko yakin usaha dan perjuangan yang dilakukannya saat ini adalah jalan terbaik menurut Tuhan. Eko juga yakin usaha dan perjuangan yang diiringi doa akan membuahkan hasil terbaik.
"Kondisi berat juga tapi kita menikmati saja semua proses. Intinya saya harus bisa menenangkan keluarga dan istri, mau tidak mau ya harus bagaimana lagi. Ini bisa dibilang kondisi terberat saya menjalani puasa dan lebaran seperti ini."
"Tapi ini termasuk jalan dari Yang Maha Kuasa, bukan sebuah kebetulan. Nikmati saja, hadapi saja. Saya tahu Yang Maha Kuasa bakal kasih yang terbaik. Toh saya juga tidak jelek-jelekin orang. Situasi ini untuk mendewasakan kita. Ini takdir yang harus dijalani dengan sabar. Mudah-mudahan hasilnya manis, amin," ungkap Eko.
(ttf/ttf/har)