Jakarta, CNN Indonesia --
Tony Ferguson menelan kekalahan ketiga beruntun dalam kariernya sebagai petarung di UFC 262. Hal ini membuat Ferguson makin jauh dalam perburuan sabuk juara dan harus sadar waktunya di UFC sudah habis.
Ferguson tak menunjukkan penampilan impresif dalam laga lawan Beneil Dariush. Sepanjang laga berlangsung, Dariush sukses mendominasi Ferguson.
Taktik dan strategi yang dijalankan oleh Ferguson tidak berjalan. Tak ada lagi Ferguson yang bisa menyulitkan lawan lewat kemampuannya sebagai all-around fighter, baik dalam hal pukulan mematikan maupun saat beradu di teknik gulat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dariush terus melakukan takedown dan berada dalam posisi yang menguntungkan di tiap duel ground fighting. Ferguson tidak punya cara melakukan serangan balik dan keluar dari situasi terjepit.
Gambaran itu seolah berulang dari ronde pertama hingga ronde ketiga. Alhasil ketika ronde ketiga berakhir, Dariush sangat meyakinkan mendapatkan kemenangan mutlak atas Ferguson.
 Tony Ferguson tidak banyak membuat gebrakan di duel lawan Beneil Dariush. (REUTERS/USA TODAY Sports/Troy Taormina) |
Kekalahan dari Dariush membuat Ferguson harus menyadari bahwa dirinya sudah 'kehabisan napas' di UFC. El Cucuy tiga kali kalah beruntun dalam kariernya setelah sebelumnya meraih 12 kemenangan beruntun di UFC.
Pada tahun lalu, Ferguson kalah TKO di ronde kelima ketika menghadapi Justin Gaethje. Di akhir 2020, Ferguson kembali kalah angka mutlak dari Charles Oliveira.
Dari tiga pertarungan yang berujung kekalahan, Ferguson selalu didominasi oleh lawan. Hal yang mungkin bisa disebut nilai plus Ferguson adalah soal ketahanan di dalam ring.
Ferguson baru kalah TKO di ronde kelima usai dihujani pukulan Gaethje sepanjang laga dan Ferguson tidak menyerah ketika terkena armbar dari Oliveira.
Di laga lawan Dariush, Ferguson menunjukkan ketahanannya ketika kakinya mendapat kuncian dan ia bisa lolos dari hal itu.
Namun terlepas dari hal tersebut, Ferguson tidak lagi bisa menunjukkan nama besarnya sebagai salah satu bintang UFC.
[Gambas:Video CNN]
Kondisi Tony Ferguson makin terasa miris karena saat ini ia seolah jadi batu loncatan bagi petarung lain. Gaethje dan Oliveira bisa mendapat duel perebutan gelar juara usai menaklukkan Ferguson. Oliveira bahkan sukses menjadi juara UFC setelah menang atas Michael Chandler di UFC 262.
Dariush pun kini bisa berharap mendapat duel papan atas dari UFC usai kemenangan meyakinkan atas Ferguson.
Sedangkan Ferguson harus menerima nasib bahwa ia jadi salah satu legenda UFC yang tak pernah memenangkan sabuk juara. Dalam periode emas karier Ferguson, ia tidak mendapat kesempatan bertemu juara UFC termasuk Khabib.
Setelah kekalahan ini, Ferguson tentu bakal makin jauh dari pusaran pertarungan papan atas bila ia memutuskan untuk tetap berkiprah di UFC dan belum menyerah untuk pensiun.
Keputusan pensiun sejatinya terbilang bakal jadi keputusan yang tepat untuk Ferguson. Pasalnya bila ia ngotot untuk tetap aktif bertarung, tidak banyak opsi yang tersaji di hadapannya.
 Sejak kalah dari Justin Gaethje, Tony Ferguson tak lagi bisa bangkit dan menelan kekalahan di dua laga berikutnya. (AFP/Douglas P. DeFelice) |
Dariush adalah petarung peringkat kesembilan UFC dan bila Ferguson memutuskan bertarung, bukan tak mungkin ia mendapat lawan dengan peringkat lebih rendah setelah ini.
Andai ia masih agresif memburu gelar UFC pun, jaraknya masih terlalu jauh dari perburuan gelar. Ferguson tidak seistimewa Conor McGregor dalam hal reputasi di UFC.
McGregor akan tetap berada di pusaran utama UFC meski ia terus menelan kekalahan di kelas ringan UFC. Berbeda halnya dengan Ferguson. Mungkin Ferguson butuh 4-5 duel lagi untuk bisa hadir di duel perebutan gelar dari titik ini.
Dengan menimbang usia Ferguson sudah menginjak 37 tahun, ia harus sadar bahwa nama maupun kemampuannya telah memudar dan harus berhenti sebelum reputasinya benar-benar terpuruk lebih rendah dibandingkan titik sekarang.