Jakarta, CNN Indonesia --
DKI Jakarta akhirnya akan punya stadion bertaraf internasional lagi. Ibu kota Indonesia ini akan punya stadion baru di Jakarta Utara bernama Jakarta Internasional Stadium (JIS) di usianya yang ke-494 tahun.
Dulu DKI pernah punya Stadion Lebak Bulus. Arena yang dibangun pada 1987 dan sempat menjadi markas Persija itu dihancurkan pada 8 September 2015 dan akhirnya dibangun Depo MRT (kereta layang).
Ketua Umum The Jakmania, kelompok suporter Persija, Diky Soemarno, bersyukur pada HUT ke-494 ini DKI Jakarta akan punya stadion bertaraf internasional lagi. Keberadaan JIS ini diharapkan turut mengangkat prestasi Persija, sebagai klub kebanggaan masyarakat Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentunya stadion ini [JIS] adalah hal terbaik yang pernah diberikan oleh kota Jakarta kepada masyarakatnya. Setelah sekian lama Jakarta tidak memiliki stadion yang berkapasitas besar, akhirnya stadion ini kini segera terealisasikan," kata Diky kepada CNNIndonesia.com, Senin (21/6).
Sejatinya ada Stadion Utama Gelora Bung Karno di Senayan, Jakarta Selatan, tetapi bukan milik Jakarta. Tempat itu dikelola oleh Sekretariat Negara sebagai aset bangsa atau pemerintah dan bukan aset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Sebelum Lebak Bulu, Jakarta punya Stadion Menteng. Stadion yang didirikan pada 1921 dengan nama Voetbalbond Indische Omstreken Sport (Viosveld) ini dirancang arsitek Belanda FJ Kubatz dan PAJ Moojen. Sayang, stadion ini pun telah punah berganti menjadi taman.
Pada 2004, Sutiyoso, Gubernur DKI Jakarta saat itu, mengubah alih fungsi lahan menjadi taman kota. Tepat pada 26 Juli 2006, stadion yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya ini diratakan dengan tanah. Lokasi Stadion Menteng ini kini telah menjadi Taman Kota Menteng.
DKI juga sempat punya stadion megah lain, yakni IKADA, singkatan dari Ikatan Atletik Djakarta. Stadion yang dibangun untuk PON ke-2 ini juga sudah binasa, berubah menjadi kawasan Monumen Nasional atau Monas.
Stadion Ikada ditutup pada 1962 dan akhirnya diratakan dengan tanah pada 1963. Keputusan ini sangat disayangkan, saat itu, sebab pada periode awal setelah kemerdekaan Timnas Indonesia banyak melakukan pertandingan di Stadion Ikada.
Beberapa negara yang pernah bertanding di Ikada antara lain Yugoslavia, Jerman Timur, Uni Soviet, Brasil, Cekoslowakia, Bulgaria, Swedia, hingga Turki.
Penulis buku 'Tanah Air Udaraku Indonesia' Chappy Hakim, punya memori yang indah tentang Stadion Ikada. Pada masa itu, bisa menonton pertandingan sepak bola di Stadion Ikada menjadi kebanggaan. Bentuk Stadion Ikada juga unik.
"Pada pertandingan-pertandingan besar, penonton cukup banyak yang membanjiri Stadion Ikada walau tidak sebanyak penonton yang kerap datang di Stadion Utama Senayan [Gelora Bung Karno] belakangan ini," Chappy menuliskan.
Upaya DKI Jakarta untuk punya stadion baru bertaraf internasional tidak mudah. Ide pembangunan stadion baru ini dicetuskan Joko Widodo atau Jokowi, saat masih menjadi Gubernur DKI, pada November 2012 menjelang rapat RAPB dengan DPRD DKI Jakarta.
Jokowi mengusung nama Bersih Manusiawi Wibawa yang disingkat jadi BMW. Ketika itu DPRD menyetujui pembangunan stadion ini. Sayang, upaya Jokowi terbentur status tanah. Pasalnya, tanah di Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara ini bersengketa.
Meski demikian Jokowi tetap melakukan seremoni peletakan batu pertama. Untuk diketahui, ketika itu Jokowi sedang ramai digadang-gadang jadi calon Presiden Republik Indonesia dari PDI Perjuangan. Benar saja, usai peletakan batu pertama tak ada pembangunan lanjutan.
Selanjutnya Baca Pembangunan Stadion Gubernur Anies
Isu pembangunan stadion ini akhirnya muncul lagi saat Djarot Saiful Hidayat menjadi Gubernur DKI menggantikan Basuki Tjahaja Purnama yang tersangkut kasus penistaan agama. Djarot pun kembali melakukan seremoni peletakan batu pertama, sama seperti yang dilakukan Jokowi.
"Hari ini kami serahkan sertifikat [tanah] BMW kepada pak Gubernur [Djarot Saiful Hidayat]. Dulu, saat saya menjadi Gubernur [DKI Jakarta] ngurus sertifikat BMW menjadi stadion saja susah sekali," ujar Jokowi seusai seremoni pemberian sertifikat di Balai Kota DKI Jakarta.
Bedanya, saat itu status tanah sudah tak bersengketa. Tepatnya pada 20 Agustus 2017, Jokowi yang telah menjadi Presiden RI telah menyerahkan sertifikat tanah di Papanggo itu kepada Djarot.
Hingga pucuk pimpinan Gubernur DKI Jakarta berganti, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno naik, belum ada pembangunan lanjutan.
Namun, Anies dan Sandiaga sejak masa kampanye berjanji akan menuntaskan pembangunan stadion yang disebut menyerupai Old Trafford, stadion milik klub papan atas Inggris, Manchester United.
Akhirnya, pada 14 Maret 2019, upaya DKI Jakarta punya stadion megah mendekati kenyataan. Mengulang tindakan Jokowi dan Djarot, seremoni pembukaan dilakukan. Bedanya, saat Jokowi dan Djarot ada prosesi peletakan baru pertama, sedangkan Anies melakukan tendangan pertama pembangunan stadion.
 Pekerja mengerjakan proyek pembangunan Jakarta International Stadium di Tanjung Priok, Jakarta, Senin (7/6/2021). (Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A) |
Dalam sambutannya Anies mengatakan stadion ini akan diberi nama Jakarta International Stadium atau disingkat menjadi JIS. Nama BMW yang dicanangkan Jokowi, dilanjutkan Basuki dan Djarot, disingkirkan oleh mantan Menteri Pendidikan tersebut.
"Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, tanggal 14 Maret 2019, kick off pembangunan Jakarta International Stadium dinyatakan dimulai," ucap Anies saat itu.
Kali ini, proses pembangunan benar-benar berlangsung. Jakarta Propertindo (Jakpro) yang adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta ditunjuk menjadi kontraktor.
Jakpro lantas menunjuk PT Wijaya Karya Bangunan Gedung, PT Jaya Konstruksi dan PT Pembangunan Perumahan (PP) sebagai pelaksana lewat lelang.
Untuk pembangunan ini DKI Jakarta menganggarkan Rp4,4 triliun. Dana sebanyak itu dikeluarkan DKI dari dua sumber. Anggaran sebesar Rp 3,646 triliun diambil dari anggaran PEN: Rp 1,182 triliun pada 2020 dan Rp 2,454 triliun pada 2021. Sumber kedua dari APBD DKI Jakarta.
Stadion berkapasitas 82.000 tempat duduk yang berdiri di kawasan seluas 221.000 meter persegi ini akan memiliki atap buka-tutup otomatis dan memiliki sky viewing deck di ketinggian 70 meter. Untuk lapangan akan menggunakan rumput hybrid.
Untuk faktor penunjang, Stadion JIS akan memiliki lahan parkir yang mampu menampung 800 mobil dan 100 bus. Rencananya, setelah stadion rampung, juga akan dibangun perlintasan jalur kereta api, LRT, dan MRT, dan busway.
Pada Jumat (18/6) siang, Anies mengabarkan lewat media sosial Instagram miliknya, bahwa rangka atap Stadion JIS seberat 3.900 ton telah terpasang. Sebelumnya, yakni pada Rabu (16/6), Anies mengatakan stadion yang bakal digunakan jadi markas Persija Jakarta ini akan dibuka pada akhir tahun 2021.
"Proses pemasangan rangka atap [Stadion] JIS ditargetkan rampung pada 5 Juli 2021. Kemudian Desember 2021 Insya Allah akan dijadwalkan pertandingan perdana di JIS ketika seluruh pembangunannya rampung," tulis Anies di dalam akun @aniesbaswedan.
Walau terlambat, karena sebagian besar provinsi di Indonesia punya stadion yang diakui AFC hingga FIFA, di usia yang ke-494 tahun akhirnya DKI Jakarta punya stadion megah sendiri. Paradigma bangun stadion bagus saat jadi tuan PON, bisa jadi dipatahkan DKI Jakarta.