Jakarta, CNN Indonesia --
Sekretaris Umum PSMS Medan Julius Raja menyebut kondisi keuangan klub Liga 2 2021 saat ini beragam, ada yang cekak dan ada pula yang berdarah-darah.
Kompetisi kasta kedua sepak bola Indonesia Liga 2 2021 bakal mulai bergulir pada 26 September mendatang. Namun masalah finansial yang diderita klub di tengah pandemi Covid-19 tak menyurutkan semangat mereka untuk berkompetisi apalagi sampai mundur dari Liga 2.
Dampak kondisi keuangan akibat pandemi tidak hanya menyasar klub kecil, namun klub 'sultan' juga terkena pengaruh. Tapi masing-masing klub kini masih mau berjuang mencari cara untuk menutupi masalah finansial demi tetap tampil sebagai peserta Liga 2 2021.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menyambut baik dan positif bergulirnya Liga 2. Sekian lama tidak ada kompetisi, akhirnya jadwal dirilis tanggal 26 September ini akan Kick off. Ini memberikan nuansa baik terhadap Liga 2, terutama nasib pemain dan pelatih, yang semuanya bersemangat, sehingga mereka sudah bisa menghidupkan keluarganya," kata Julius Raja, Sekretaris Umum PSMS Medan kepada CNNIndonesia.com, Rabu (22/9).
"Mengenai finansial klub, tentu tidak sama. Ada klub yang super, keuangannya banyak karena baru muncul investor baru. Ada yang cekak-cekak, yang berdarah-darah juga ada. Apapun itu tapi mereka tetap respek ikut kompetisi. Jadi belum ada kita dengar klub Liga 2 yang mundur akibat kekurangan dana. Sampai saat ini 24 tim siap," tegasnya.
Untuk PSMS sampai saat ini Julius menyebut keuangannya masih dibantu sepenuhnya oleh Edy Rahmayadi, sebagai pembina klub. Pasalnya, jika hanya mengandalkan dana sponsor maupun subsidi dari operator kompetisi PT. Liga Indonesia Baru (LIB) disebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan klub dalam satu musim.
Dijelaskan Julius, pengeluaran PSMS untuk kebutuhan tim dalam satu bulan mencapai sekitar Rp700-800 juta. Ditambah jumlah pemasukan dari sponsor setahunnya disebut mencapai Rp1,5 miliar dan subsidi LIB satu musim sebesar Rp750 juta.
"Mana cukup? Untuk satu tahun, pengeluaran itu totalnya kisaran Rp8 miliar. Untuk kami, sekarang kondisinya aman terkendali berkat bantuan dari Pak Edy, beliau memikirkan juga bagaimana menghidupkan PSMS ini."
"Bahkan Pak Edy juga memperhatikan sampai hal-hal kecil. Termasuk vitamin pemain, madu juga diperhatikan karena kecintaan beliau terhada PSMS," ungkapnya.
Julius mengakui PSMS sempat meliburkan dan memotong gaji pemain dan pelatih pada Mei 2021 lalu karena masalah keuangan. Namun, itu hanya berlangsung satu bulan dan selebihnya seluruh tim mendapatkan gaji full seperti yang tertulis di masing-masing kontrak.
Pemotongan gaji itu juga sesuai dengan aturan yang dikeluarkan PSSI sebagai federasi melihat situasi pandemi yang membuat banyak klub kesulitan masalah keuangan.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Di sisi lain Rans Cilegon FC milik selebritas Raffi Ahmad itu dianggap sebagai klub peserta Liga 2 yang tidak merasakan kesulitan finansial sejauh ini. Terlebih, mereka saat ini diperkuat dukungan 11 sponsor jelang bergulirnya Liga 2 2021.
Meskipun, Raffi sempat menyebut harus mengeluarkan modal besar untuk menghidupi klub sepak bola yang dibelinya bersama partnernya, pengusaha Rudy Salim karena Liga 2 tak kunjung bergulir akibat pandemi Covid-19.
"Mungkin ini terkait beberapa hal. Dibilang kuat juga tidak, dibilang ada masalah finansial juga tidak. Namun dalam situasi pandemi ini bukan cuma Rans FC saja, saya yakin semua klub juga mengalami hal yang sama [masalah finansial]. Tetapi kami sudah memikirkan segala risiko dan solusi dalam menghadapi situasi ini. Yang perlu disyukuri saat ini adalah liga segera berjalan," ujar Roofi Ardian, Presiden Klub Rans Cilegon FC melalui pesan singkat.
Meski begitu Rans Cilegon FC enggan disebut klub mewah dengan label 'sultan' seperti yang beredar saat ini. Menurut Roofi, Ketika memutuskan untuk membeli klub sepak bola di era pandemi, segala sesuatunya sudah diperhitungkan, termasuk masalah keuangan tim.
"Membeli klub di era pandemi juga merupakan hal yang penuh perhitungan. Maka ini sudah kami siapkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Alhamdullilah sampai hari ini sesuai dengan apa yang kami rencanakan. Kata boncos itu keluar ketika Raffi Ahmad mengisi sebuah acara, jadi tidak perlu dirisaukan," kata Roofi, Rabu (22/9).
"Insya Allah [keuangan] aman. Kami berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik untuk seluruh jajaran yang ada di Rans Cilegon FC. Besar kecil yang kami dapatkan itu merupakan hasil kesepakatan. Mungkin Rans terlihat banyak tapi mungkin banyak klub lain yang lebih banyak. Kami juga harus seimbang memberikan Informasi, jangan menggiring opini orang lain bahwa Rans FC sangat melimpah," jelas Roofi.
Sementara itu klub berjuluk 'Sultan' lainnya, AHHA PS Pati, melalui Syaiful Arifin selaku komisaris memastikan kondisi finansial klub usai masuknya investor baru. Namun, ia enggan membeberkan lebih lanjut kondisi finansial klubnya saat ini.
"Aman dan siap Alhamdulillah. Tim lebih strong dan sinergi lebih kuat," ucap Syaiful singkat.
 Ketua Umum Persiba Balikpapan, Gede Widiade, menyebut kondisi keuangan klubnya saat ini masih berkecukupan. (CNN Indonesia/Titi Fajriyah) |
Senada Ketua Umum Persiba Balikpapan Gede Widiade menyebut sampai saat ini kondisi keuangan klub berjuluk Beruang Madu masih berkecukupan. Hal itu membuat segala persiapan tim jelang tampil di Liga 2 2021 lancar sesuai dengan rencana.
Hanya saja Gede mengungkapkan jika pemasukan manajemen dari berbagai sisi menjadi berkurang selama pandemi Covid-19. Mulai pemasukan tiket, merchandise sampai ke sponsor yang dipastikan mengganggu sisi finansial klub.
"Alhamdulillah sampai saat ini Gusti Allah masih kasih rezeki berkecukupan. Semua persiapan lancar sesuai rencana. Kalau tidak ada pandemi 11 pertandingan home itu bisa bernilai."
Gede mencontohkan dengan kapasitas Stadion Batakan 40 ribu penonton, Persiba bisa mendapatkan potensi pendapatan mencapai Rp3,3 miliar per tahun dari ribuan penonton yang diasumsikan hadir langsung di stadion dalam 11 laga kandang. Pemasukan itu bisa membuat pengeluaran dari pemilik klub jauh lebih sedikit dibanding kondisi tanpa penonton yang hadir ke stadion.
"Itu potensi satu sisi dari tiketing. Jadi cukup banyak potensi pendapatan yang hilang sekarang. Pasti ini mengganggu, owner biasanya keluar biaya 30 persen sekarang hampir 75 pesen untuk operasional klub setahun. Karena pendapatan hanya dari subsidi dan pemasukan dari sponsor kecil karena pandemi," beber Gede kepada CNNIndonesia.com.
Meski begitu, Gede memastikan kondisi finansial sebuah klub tidak akan berdampak lurus pada prestasi yang bakal ditorehkan di kompetisi. Menurut Gede, meski berkecukupan soal finansial, klubnya tidak kalah jika disandingkan dengan klub-klub berjuluk sultan di Liga 2.
"Pandemi tidak hanya menyasar klub miskin, klub sultan juga kena pandemi. Jadi semua klub mengalami kesulitan finansial. Soal kans di kompetisi, semua sama tidak ada bedanya,"
"Dalam keadaan sulit, fighting spirit klub dan pemain kami tinggi. Klub berlabel sultan tidak menjamin dan belum tentu sukses di kompetisi. Kalau finansial bagus tapi fighting spirit loyo, belum tentu bisa juga jadi juara. Finansial semua klub pasti terganggu, cuma porsinya mana yang terganggu besar dan kecil tergantung dia mencari sumber pendanaannya," tutup Gede.
[Gambas:Video CNN]