TESTIMONI

Janji Es krim Hasil Pungut Hendro Yap

Hendro Yap | CNN Indonesia
Rabu, 19 Jan 2022 18:55 WIB
Hendro Yap adalah raja jalan cepat di Asia Tenggara. Kariernya berliku dan penuh perjuangan sampai akhirnya ia berdiri di podium kemenangan.
Hendro Yap tampil konsisten dan selalu memberikan medali tiap ikut serta SEA Games. (AFP/JUNI KRISWANTO)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sepanjang keikutsertaan saya di SEA Games, saya punya empat medali emas dan satu medali perak. Setiap medali punya cerita dan kesan yang berbeda-beda.

Medali pertama saya di SEA Games adalah medali perak pada SEA Games 2011. Saat itu Indonesia jadi tuan rumah dan saya sangat antusias untuk mengikutinya.

SEA Games 2011 adalah SEA Games pertama saya dan saya berpikir bahwa kesempatan ini tidak boleh dilewatkan begitu saja. Saya latihan habis-habisan dan bisa jadi yang tercepat di antara atlet Indonesia lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jelang SEA Games datang, saya terkena cacar air. Dalam kondisi tersebut, saya berusaha keras untuk bisa ikut pertandingan. Saya minum obat agar bisa meredakan nyeri yang saya rasakan.

Tetapi saat hari pertandingan tiba, kondisi saya belum berubah 100 persen. Saya masih bertanding dengan badan gatal dan lemas. Kondisi saya seperti orang yang baru sembuh dari demam.

Hal itu masih ditambah kondisi cuaca panas di Palembang. Saat balapan memasuki kilometer ke-16, saya sudah merasa tidak sanggup. Suporter Indonesia pun sudah tidak terlihat di jalan. Hanya ada pelatih yang mendampingi saya.

Puji Tuhan, justru saya bisa melesat ke urutan kedua dan meraih medali perak. Saya hanya tertinggal 40 detik dari atlet yang meraih medali emas.

"Kalau kamu tidak cacar air, saya yakin kamu medali emas." Itulah yang dikatakan pelatih pada saya.

Riders look a Hendro Yap of Indonesia competes in the men's 50km walk race competition during the 2018 Asian Games in Jakarta on August 30, 2018. (Photo by Juni Kriswanto / AFP)Hendro Yap punya koleksi empat emas dan satu perak dari ajang SEA Games. (AFP/JUNI KRISWANTO)

Keberhasilan meraih medali perak menimbulkan kehebohan di lingkungan rumah saya. Orang tua saya masih tidak menyangka anaknya bisa muncul di televisi dan meraih medali perak SEA Games. Pemberitaan juga lumayan ramai karena saya meraih perak dalam kondisi sakit. Tetangga ramai-ramai datang memberikan ucapan selamat.

Pada SEA Games 2013, saya mengalami masalah pada ACL saya. Ada peradangan di sana. Setelah menjalani pemeriksaan, saya dinyatakan punya risiko tidak bisa jalan. Bila saya memaksa berlomba, ada kemungkinan saya lumpuh.

Dalam kondisi seperti itu, saya menegaskan rela menghadapi semua risiko. Bila SEA Games 2013 jadi SEA Games terakhir saya, saya rela melakukannya. Saya siap dengan risiko lumpuh. Akhirnya saya berangkat dengan segala macam risiko yang siap saya tanggung.

Puji Tuhan, saya bisa mendapat medali emas. Saya berlomba dengan kondisi kaki yang sakit dan merasakan derita yang amat sangat.

Karena dalam pikiran saya, ini adalah SEA Games terakhir, saya berusaha keras untuk memberikan semaksimal mungkin. Ini SEA Games terakhir saya, saya harus lakukan yang terbaik. Itulah yang menjadi motivasi saya hingga akhirnya bisa meraih medali emas.

Di SEA Games 2015, saya hampir keluar dari Indonesia. Waktu itu salah seorang pengurus PASI menyatakan saya sudah tidak lagi dibutuhkan. Lalu saya meminta surat pengunduran diri dari tim nasional bila memang sudah tidak dibutuhkan.

Saya sudah sempat berpikir untuk pindah negara kalau memang saya sudah tidak lagi dibutuhkan di Indonesia. Seorang teman di Singapura sudah menawarkan agar saya pergi ke sana. Saya pun sudah mulai serius mencari informasi-informasi yang dibutuhkan untuk syarat pindah ke sana.

Tetapi kemudian hal itu batal karena saya dipanggil oleh pelatih dan mengingatkan saya hal seperti itu tidak usah diambil hati. Saya diminta untuk terus berlatih dan nanti bakal ada jalan.

Beruntung bagi saya, SEA Games 2015 dipegang oleh Prima alias Program Indonesia Emas, bukan induk organisasi. Jadi yang menentukan seorang atlet berangkat atau tidak langsung dari sana. Akhirnya saya berangkat dan sukses meraih medali emas.

Di SEA Games 2017, menurut saya ini adalah SEA Games paling menarik buat saya. Saya baru pulang dari Spanyol dan saya ingin ditemani oleh pacar saya, Sherly Metta Dewi, karena saya ingin bertanding dengan ditonton langsung oleh orang yang saya sayang.

Hendro Yap, atlet jalan cepat IndonesiaSEA Games 2017 jadi salah satu momen menarik karena ia bisa juara saat ditonton oleh sang kekasih. (Arsip Pribadi)

Saya baru latihan dua bulan, namun saya bertekad harus menang karena pacar saya menonton. Bagi saya itu SEA Games kejutan karena saya bisa meraih medali emas, memecahkan rekor SEA Games.

Itu kali pertama saya berselimutkan bendera Merah Putih dan lagu Indonesia Raya terdengar dari official ceremony. Di dua kesempatan sebelumnya, mungkin saya tidak diprediksi bisa meraih medali emas. Karena itu saat itu Indonesia Raya yang diputar dari telepon genggam yang disambungkan ke microphone. Barulah di 2017, lagu Indonesia Raya benar-benar ada dari official.

Pada 2019 saya kembali mengalami masalah sebelum keberangkatan. Sebulan sebelum berangkat, saya diberitahu bakal dicoret setelah SEA Games karena PASI ingin fokus ke atlet-atlet muda.

Saya bingung dan menyayangkan pemberitahuan itu datang sebelum SEA Games. Lalu saya berhasil meraih medali emas. Itu semua karena motivasi saya ingin membahagiakan orang-orang yang saya sayang termasuk mengumpulkan uang agar bisa lekas menikah karena saya ingin berkeluarga.

Selain prestasi, perjalanan karier saya juga tentu berisi hal-hal yang mengecewakan. Misalnya dalam pemilihan seleksi SEA Games 2009. Saat itu saya diminta seorang pelatih untuk cukup berada di urutan ketiga demi salah seorang senior saya.



Kata pelatih, bila saya di nomor dua dan senior saya di urutan ketiga, maka senior saya tidak akan berangkat ke SEA Games. Tetapi bila senior saya di urutan kedua dan saya di urutan ketiga, maka saya tetap akan berangkat SEA Games dan Indonesia bakal mengirimkan tiga wakil.

Saat seleksi dilakukan, saya sudah ada di nomor urut kedua dan saya ingat pesan pelatih saya. Lalu saya mundur dan membiarkan senior saya menyalip dan finis di urutan kedua.

Namun nyatanya, yang diberangkatkan ke SEA Games cuma dua atlet. Saya tidak berangkat. Saya kecewa dengan pelatih yang tidak bisa memperjuangkan saya. Akhirnya saya sempat keluar dari pelatnas saat itu dan kembali latihan di Jawa Barat.

Banner Testimoni

Momen lain yang mengecewakan bagi saya adalah Islamic Solidarity Games. Saat itu saya sudah finis di urutan kedua, lalu saya lihat Hakmal Lisauda sedang bersaing dengan atlet Kamerun, Gabriel Ngnintedem, untuk berebut medali perunggu

Saya masuk ke tengah lapangan dan berteriak-teriak memberi semangat. Wasit menghampiri saya dan saya didiskualifikasi. Saya seharusnya tidak boleh mengganggu jalannya pertandingan saat saya sudah finis dan menyelesaikan perlombaan.

Saya didiskualifikasi di kejuaraan level dunia saat saya sudah seharusnya meraih perak. Namun hal itu juga yang membuat saya kemudian termotivasi untuk memberikan yang terbaik di SEA Games 2013.

Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>

Jalan Cepat, Juru Selamat Putus Sekolah

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER