Jakarta, CNN Indonesia -- Partai Golkar diminta tak menganggap remeh kampanye tolak pasangan calon Golkar di Pilkada Serentak. Kampanye ini menguat di media sosial sebagai imbas kemarahan publik atas ketidakpekaan partai beringin atas kasus Setya Novanto.
“Masyarakat merasa Partai Golkar dan MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan) setali tiga uang, lamban dan mencoba mencari celah untuk keluar dari tekanan publik,” kata Muradi, Ketua Pusat Studi Politik & Keamanan Universitas Padjadjaran, Rabu (9/12).
Ketua DPR Setya Novanto merupakan kader Golkar. Dia menjabat Wakil Ketua Umum Golkar kubu Musyawarah Nasional Bali, dan merupakan Bendara Umum Golkar pada kepengurusan Golkar periode sebelumnya hasil Munas Riau.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejauh ini Golkar memberikan dukungan kuat bagi Setya, termasuk di MKD yang tengah mengusut dugaan perkara pelanggaran kode etik olehnya. Setya diduga mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden dalam upayanya memuluskan perpanjangan kontrak karya PT Freeport Indonesia.
Menurut Muradi, Golkar hingga saat ini pun tak berupaya meredakan kemarahan publik. Akibatnya, konstelasi politik kemungkinan berubah, terutama di daerah-daerah dengan tingkat melek internet tinggi. Sebab di wilayah-wilayah itu, kampanye tolak calon Golkar berembus cukup kencang di media sosial.
Dua strata pemilih yang aktif di media sosial, kata Muradi, ialah pemilih pemula dan pemilih kelas menengah yang mapan secara ekonomi dengan pengetahuan politik cukup.
Jika tak mendapatkan pasangan calon alternatif di luar yang diusung Golkar, ujar Muradi, kemungkinan besar dua strata pemilih itu akan memilih golput alias tak memilih.
“Penting bagi Golkar untuk tak menganggap remeh kampanye ini karena bisa jadi titik lemah bagi proses pemenangan,” kata Muradi.
Muradi memprediksi posisi Golkar akan jadi lebih berbahaya jika banyak partai lain yang memanfaatkan momentum ini untuk menggembosi pasangan calon Gollar dan memanfaatkan kasus Setya Novanto untuk mengalihkan dukungan.
(agk)