Jakarta, CNN Indonesia -- Operator telekomunikasi Esia berencana mengalihkan sumber daya frekuensinya kepada Smartfren setelah kedua belah pihak sepakat melakukan kerja sama jaringan pada November lalu. Kementererian Komunikasi dan Informatika bakal memberi izin pengalihan frekuensi ini jika kedua operator memenuhi dua syarat.
Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Muhammad Budi Setiawan mengatakan, syarat pertama adalah kedua belah pihak membayar Biaya Hak Penggunaan (BHP) Frekuensi yang jatuh tempo pada 15 Desember 2014.
Kedua, antara Smartfren dan Esia sepakat bekerjasama dalam hal pengalihan frekuensi dan menandatanganinya. "Kalau itu terjadi maka terjadilah pengalihan frekuensi. Ini urusan bisnis antara keduanya, pemerintah hanya mendukung," ujar Budi kepada
CNN Indonesia, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Frekuensi yang akan dialihkan Esia kepada Smartfren berada di spektrum 850 MHz seluas 5 MHz. Smartfren juga memiliki luas frekuensi yang sama di spektrum tersebut. Sehingga, jika digabungkan, maka kedua operator ini memiliki luas 10 MHz di spektrum 850 MHz.
Spektrum tersebut bisa dimanfaatkan untuk menggelar jaringan internet 4G LTE karena pemerintah telah memberi izin teknologi netral di sana. Teknologi netral memungkinkan operator telekomunikasi menggelar dua jaringan dalam satu rentang spektrum, misalnya 2G dan 4G yang berjalan bersama di 850 MHz.
Dalam siaran pers bersama, Smartfren dan Esia berencana menyediakan layanan 4G LTE berbasis
frequency division duplexing (FDD).
Budi berkisah, jika kedua operator CDMA ini melakukan konsolidasi, rencananya Smartfren bakal bertindak sebagai penyelenggara jaringan dan Esia sebagai penyelenggara jasa.