Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah geng penjahat siber multinasional telah mencuri sebanyak US$ 1 miliar atau sekitar Rp 12,7 triliun dari 100 lembaga keuangan di seluruh dunia dalam kurun waktu dua tahun, menurut riset perusahaan keamanan siber Kaspersky.
Perusahaan asal Rusia itu mengatakan pihaknya bekerjasama dengan Interpol, Europol, dan otoritas dari berbagai negara untuk mengungkap rincian lebih lanjut tentang perampokan siber yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kaspersky menjuluki jaringan peretas itu dengan Carbanak yang terdiri atas penjahat siber dari Eropa, termasuk Rusia dan Ukraina, serta Tiongkok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka mengambil pendekatan untuk tidak mencuri langsung dari bank, melainkan menyamar sebagai pelanggan yang menarik uang dari rekening individu atau perusahaan.
Carbanak menyalahgunakan email dari individu atau karyawan perusahaan yang telah membuka
file dengan program jahat (
malware). Teknik macam ini dikenal sebagai pengelabuan. Mereka kemudian mampu masuk ke sistem
email, melacak surat elektronik, untuk melakukan penyadapan.
Dengan cara ini, Kaspersky mengatakan, para penjahat siber dapat memelajari kebiasaan karyawan bank yang melakukan transaksi atau transfer uang.
Carbanak bahkan disebut juga dapat membobol mesin anjungan tunai mandiri (ATM) untuk menarik uang tunai dari kartu debit. Mereka kemudian mengumpulkan uang membagikan hasil pencurian.
“Serangan-serangan ini menggarisbawahi fakta bahwa penjahat akan mengeksploitasi kerentanan dalam sistem apapun," kata Sanjay Virmani, Direktur Pusat Kejahatan Digital Interpol, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh Kaspersky.
Ia melanjutkan, hal ini menandai bahwa tidak ada sektor industri yang sepenuhnya kebal dari serangan siber dan para pengusaha harus terus meningkatkan keamanan data.
(adt/gen)