Akhir 2015, 4G LTE Smartfren Bisa Pakai 2.300 MHz di Kota

CNN Indonesia
Kamis, 25 Jun 2015 23:42 WIB
Spektrum 2.300 MHz bisa dimanfaatkan Smartfren akhir tahun ini untuk menggelar 4G LTE di perkotaan, sementara kawasan non-perkotaan dijadwalkan pada tahun 2016.
Perusahaan telekomunikasi Smartfren memperluas penjualan ponsel pintar Andromax yang mendukung 4G LTE di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, pada Kamis, 18 Juni 2015. (CNN Indonesia/Aditya Panji)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan telekomunikasi Smartfren diberi waktu oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk mengalihkan spektrum frekuensinya dari 1.900 MHz ke 2.300 MHz sampai 2016. Namun, pada akhir 2015, Kemenkominfo mengizinkan Smartfren memakai 2.300 MHz khusus daerah perkotaan.

Hal ini diungkapkan oleh Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika Kemenkominfo, Muhammad Budi Setiawan. "Kalau daerah non-perkotaan bisa mulai tahun 2016 sekaligus diselesaikan migrasinya," kata Budi saat dihubungi CNN Indonesia, Rabu (24/6).

Spektrum 1.900 MHz sebelumnya dimiliki oleh Smart Telecom yang dikenal dengan merek dagang Smart. Sementara Mobile8 dengan merek Fren memiliki frekuensi di spektrum 850 MHz.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Alasan Smartfren Pakai Teknologi TDD dan FDD 4G LTE

Budi melanjutkan, Smartfren segera bisa menggelar 4G LTE di spektrum 850 MHz setelah mendapat izin dari pemerintah.

Pemerintah telah menerapkan teknologi netra di frekuensi 850 MHz (bisa juga disebut 800 MHz) yang memungkinkan operator telekomunikasi menggelar dua teknologi jaringan dalam satu rentang frekuensi, misalnya teknologi 3G dan 4G.

Smartfren merupakan satu-satunya operator yang bertahan pada teknologi CDMA. Telkom Flexi memilih untuk mengalihkan pelanggan dan frekuensinya kepada Telkomsel. Indosat memilih untuk mengganti teknologi CDMA dengan E-GSM. Sementara Esia melakukan kerja sama jaringan dengan Smartften dan hanya menjadi penyedia jasa.

Dari CDMA, Smartfren mengadopsi teknologi 4G LTE. Anak usaha kelompok Sinar Mas ini memanfaatkan spektrum 850 MHz untuk standar metode pengantar data TDD (Time Division Duplex) dan 2.300 MHz untuk FDD (Frequency Division Duplex).

Chief Technology Officer Smartfren Telecom, Christian Daigneault mengatakan, dua standar pengantar data tersebut dipakai untuk saling melengkapi layanan yang bakal diterima pelanggan.

TDD punya karakter sangat cepat ketika memberi akses download, tetapi untuk kecepatan akses unggah cenderung lebih lemah.

Sementara FDD punya karakter akses download dan upload yang seimbang. Karena standar FDD dipakai Smartfren pada spektrum rendah, maka ini sangat cocok untuk memberi akses pada jangkauan yang lebih luas.

"Frekuensi yang lebih rendah memang punya sifat jangkauan yang lebih luas. Jadi kami pakai FDD di 850 MHz untuk coverage," tutur Christian beberapa waktu lalu.

Smartfren telah menunjuk Nokia dan ZTE sebagai produsen perangkat base transceiver station (BTS) 4G LTE. Nokia akan menggarap daerah barat kawasan operasional Smartfren seperti Sumatera, Jabodetabek, dan Jawa Barat. Sementara ZTE di kawasan timur, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan dan Sulawesi.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER