Jakarta, CNN Indonesia -- Baru-baru ini Google menuai protes dari penggunanya karena dianggap mengambil data dari para pelajar.
Kritik berdatangan, salah satunya dari organisasi Electronic Frontier Foundation (EFF). Google diketahui melacak apa saja yang dilakukan oleh para pelajar penggunanya melalui layanan yang ditawarkan, dan menyimpan informasi tersebut untuk kepentingan target penjualan periklanan.
Sejalan dengan kritik tersebut, para orang tua merasa
was-was terkait pencurian data itu. Padahal mereka sudah kadung percaya menggunakan aplikasi Google untuk sara pembelajaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip dari
The Washington Post, seorang ayah bernama Jeff yang menolak mengungkapkan nama belakangnya ini mengaku bahwa anaknya yang berusia 4 tahun kini sulit sekali dijauhkan dari Google beserta produk edukasinya.
“Sumber pemasukan terbesar Google berasal dari pengumpulan data orang-orang. Dan kami tidak suka ide tersebut ada di sistem sekolah kita,” ujar Jeff.
Di sisi lain, Google mengelak bahwa aplikasinya telah melakukan suatu tindak kriminal virtual.
“Kami sungguh-sungguh berkomitmen untuk mejaga keamanan dan kerahasiaan informasi pelajar,” sanggah Jonathan Rochelle, Director Google Apps for Education yang menolak untuk memberikan tanggapan lebih lanjut.
Google hanya mengaku beberapa aplikasi dari bagian layanannya, seperti Gmail, Calendar, dan Google Docs memang melakukan pencatatan terhadap aktivitas yang dilakukan para pelajar. Namun, hal tersebut semata-mata diakui sebagai bahan pembelajaran untuk mengembangkan aplikasi mereka ke depannya.
Di sisi lain, keluhan yang disampaikan EFF terkait tindakan Google ini pun menuai kontra.
“Kami telah meninjau keluhan yang disampaikan EFF, namun kami percaya hal tersebut bukanlah sesuatu yang tepat,” sanggah Jules Polonetsky, Executive Director Future of Privacy Forum.
Perusahaan yang didirikan oleh Sergey Brin ini memang menjadi salah satu pemasok komputer dan tablet untuk kepentingan edukasi dengan harga ramah dengan dompet di kalangan pelajar dan orang tua.
Di Amerika Serikat, Google menawarkan Chromebooks, perangkat komputer murah untuk pelajar, mulai dari yang duduk di bangku TK hingga pelajar kelas 12. Dengan harga murah yang ditawarkan antara Rp 1,3 hingga Rp 2,7 juta, Google berhasil mengungguli para pesaingnya seperti Apple dan Microsoft di kandangnya sendiri.
Menurut data perusahaan Futuresource Consulting, Chromebooks mendominasi penjualan komputer dan tablet hingga mencapai 51 persen pada kuartal ketiga tahun ini, di mana pesaingnya, Apple dan Microsoft masing-masing hanya memperoleh 24 dan 23 persen. Program Google juga tercatat telah digunakan oleh lebih dari 50 juta pelajar dan guru di seluruh dunia.
Adanya perjanjian antara Google dengan banyak sekolah negeri di Amerika Serikat ini juga semakin mempersulit untuk mengatakan tidak kepada Google yang mengumpulkan informasi dari para penggunanya.
Meskipun protes ini mendapat pro dan kontra dari berbagai kalangan, namun setidaknya saat ini sudah ada 20 negara bagian yang menandatangani hukum privasi data siswa pada tahun 2014, menurut Data Quality Campaign. Selain itu, Google telah berkontribusi secara nyata untuk memajukan pendidikan di dunia melalui produk edukasinya.
“Sayangnya, teknologi berkembang lebih cepat daripada perundang-undangan, namun anda tidak dapat menghilangkan teknologi dari edukasi karena teknologi adalah sebuah akselerator,” kata Laura Assem, kepala petugas teknologi Roseville City School District di California.
(eno)