Jakarta, CNN Indonesia -- Badan antariksa Jepang (Japan Aerospace Exploration Agency/JAXA) melaporkan pada Sabtu (26/3) bahwa mereka kehilangan sinyal komunikasi dengan satelit astronomi sinar X bernama Hitomi atau Astro-H. Apa kira-kira penyebabnya?
Mengorbit pada jarak 580 kilometer di atas permukaan Bumi, pihak JAXA awalnya menduga satelit Astro-H tengah berada di luar jalur yang semestinya alias menyimpang dari orbit aslinya.
Dari laporan Japan Times, U.S. Joint Space Operations Center (JSpOC) pada Minggu (27/3) mengatakan, mereka telah menemukan lima objek misterius yang melayang di dekat satelit Astro-H.
JSpOC yang melacak objek-objek di dekat orbit Bumi menambahkan, lima objek tersebut merupakan sampah atau puing-puing antariksa yang bertebaran di sekitar satelit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang astronom dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, Jonathan McDowell menuturkan, masih belum dipastikan apakah satelit Astro-H ini tertabrak oleh sampah antariksa dan hancur, atau hanya sebagian kecil puingnya saja yang terbang dan kena ke permukaan satelit.
Selain soal puing antariksa, dikutip dari ABC News, McDowell juga menduga bahwa satelit Hitomi ini kekurangan energi, mulai dari kemungkinan bocornya gas atau ledakan baterai, yang jelas hal tersebut sangat mungkin 'mematikan' satelit.
"Semua orang cemas. Mengetahui tim di Jepang harus menghadapi hal buruk seperti ini sangat menyedihkan," ungkap McDowell.
Sementara tim JAXA sendiri juga memprediksi, Astro-H kemungkinan kekurangan pasokan listrik setelah mengalami pergeseran tak terduga dalam posisi orbitnya, sehingga ia tak mampu mendapatkan tenaga surya.
Satelit Astro-H dilengkapi dengan empat teleskop sinar X dan dua detektor sinar gama. Instrumen tersebut diharapkan bisa mengungkap misteri mengenai evolusi alam semesta dan lubang hitam yang dikenal sulit untuk diobservasi secara langsung karena mereka tidak memancarkan cahaya.
Satelit Astro-H adalah hasil kolaborasi JAXA dengan NASA dan diluncurkan pada 17 Februari lalu di Kagoshima Prefecture dengan bantuan roket H-2A. Pengembangan satelit ini menelan biaya US$365 juta atau setara Rp4,8 triliun.
JAXA mengutus 40 tim untuk menginvestigasi masalah sistem ini dan sedang berupaya membangun kembali sinyal komunikasi satelit Astro-H.