Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah perusahaan periklanan memprediksi belanja iklan di media sosial akan mencapai US$50 miliar atau setara Rp675 triliun pada 2019. Angka itu hanya satu persen lebih kecil dibandingkan belanja iklan di surat kabar.
"Media sosial dan video online akan memimpin laju pertumbuhan belanja iklan global, terlepas ada ancaman politik terhadap ekonomi," ucap Jonathan Barnard yang menjabat kepala tim prediksi di Zenith Optimedia.
Selain media sosial, video online adalah konten yang paling berkembang dengan cepat. Dipimpin oleh Facebook, Snapchat, dan Youtube, nilai iklan di video online diperkirakan akan menyentuh US$35,4 miliar atau Rp478 triliun di seluruh dunia pada 2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melesatnya pendapatan iklan di media internet tak lepas dari makin dekatnya konten digital dengan kehidupan sehari-hari masyarakat dunia. Ajang besar menyangkut hajat orang banyak seperti Olimpiade, Brexit, dan pemilihan presiden Amerika Serikat, mendorong laju belanja iklan tahun ini.
Media konvensional seperti media cetak dan televisi sebelumnya merajai pendapatan iklan hingga melejitnya penggunaan internet secara global. Perubahan tersebut menggeser pilihan perusahaan untuk beriklan ke digital yang bisa diakses lewat komputer maupun ponsel.
Media sosial dinilai lebih efektif dalam menyampaikan pesan iklan ketimbang media tradisional terlebih di platform yang mengutamakan konten video. Itu sebabnya platform seperti Facebook, Instagram, dan Snapchat yang dominan dengan video jadi primadona.
Zenith memperkirakan belanja iklan pada 2017 akan sama seperti tahun ini di angka 4,4 persen. Asia dan China dinilai akan menjadi ladang utama belanja iklan, sementara pertumbuhan pasar di Timur Tengah dan Afrika Utara melemah.
Berdasarkan laporan Nielsen Indonesia, televisi masih menjadi pilihan utama para pengiklan membelanjakan bujetnya. Pada semester I 2016, televisi meraup 51,9 triliun atau meningkat 26 persen dari tahun lalu. Di sisi lain, sektor digital di dalam negeri baru menyentuh memperoleh belanja iklan Rp13 triliun, dengan porsi media sosial hingga Rp8,5 triliun.
Meski masih cukup jauh dengan pendapatan televisi, penetrasi ponsel cerdas, media sosial, dan video online yang sangat cepat di Indonesia diperkirakan akan mempercepat pertumbuhan belanja iklan digital.
(tyo)