Jakarta, CNN Indonesia -- Diduga stres karena beban kerja terlalu berat, salah seorang karyawan di Uber Inc tewas bunuh diri. Lingkungan perusahaan ride sharing tersebutlah sejauh ini yang menjadi penyebab utama.
Seperti dikutip dari
Mashable, pria yang bernama Joseph Thomas itu memegang posisi sebagai engineer software di Uber inc dan baru saja bekerja di perusahaan tersebut kurang lebih selama lima bulan.
Pihak keluarga Joseph menuding, tekanan kerja di Uber bukan satu-satunya sumber masalah. Sebab ucapan rasisme yang diterima karyawan tersebut menjadi faktor lain yang membuat kesehatan mental menurun. Sehingga berujung bunuh diri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soal rasisme ini, keluarga yakin karena di Uber, hanya 1 persen yang berkulit hitam.
Atas kejadian itu, sang istri Zecole Thomas sampai menyewa pengacara. Karena, homas tidak mendapatkan kompensasi dari Uber atas kematiannya.
"Kepribadiannya jadi berubah total. Dia begitu tersita dengan pekerjaannya. Dia mengatakan tidak bisa melakukan apapun dengan benar," sebut Zecol.
Agak ironisnya adalah, pria yang berusia 33 tahun tersebut sebelumnya juga sudah diterima di Apple, namun malah memilih Uber. Alasannya, karena Uber adalah startup yang sedang tumbuh dan dinamis.
"Dia selalu menjadi anak terpintar. Namun setelah bekerja di Uber di San Francisco, kepercayaan dirinya hilang. Dia hancur berkeping-keping," kata sang ayah, Joe.
Uber sendiri tak berkomentar banyak. Namun mereka menolak memberikan kompensasi, karena Thomas masih terhitung baru bekerja di perusahaan tersebut.
"Tidak ada keluarga yang pantas melalui apa yang dialami keluarga Thomas. Doa kami bersama mereka," sebut juru bicara Uber.