Jakarta, CNN Indonesia -- Belum lama ini, Softbank yang menguasai 15 persen saham
Uber menyarankan perusahaan ride hailing tersebut untuk menjual bisnisnya pada
Grab. Hal ini lantaran Grab lebih lokal di kawasan Asia Tenggara dibanding Uber.
Mediko Azwar selaku Marketing Director Grab Indonesia, tak mau memberikan banyak komentar. Dia hanya mengatakan perusahaan tak menanggapi soal spekulasi.
"Itu hanya spekulasi. Kami tidak menanggapi spekulasi," katanya pada awak media, Jumat (23/2).
Sebelumnya, dilansir dari Ubergizmo, CEO Uber Dara Khosrowshahi menegaskan bahwa tak akan menjual bisnisnya pada sang rival. Justru, perusahaan akan lebih agresif menanamkan dana untuk bisnisnya di Asia Tengara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini sekaligus mengungkap keseriusan Uber berkompetisi dengan rivalnya seperti Grab. Meski, dia sadar bahwa Uber nantinya akan kehilangan banyak uang di wilayah ini.
Bisnis ride-hailing di Asia Tenggara disebut yang paling mahal dibandingkan di wilayah lain. Kendati demikian, wilayah ini memiliki potensi pertumbuhan yang sangat baik berkat penetrasi internet yang sangat tinggi dan besarnya populasi penduduk.
Strategi Uber untuk terus maju di Asia Tenggara berbeda jika dibandingkan di China di mana Uber memilih menjual operasionalnya ke Didi demi memiliki 20 persen saham. Sementara di Rusia, Uber juga menggabungkan bisnis ke Yandex untuk mengantongi 37 persen saham kompetitor lokalnya.
Sementara itu, dibandingkan Uber yang baru menguasi 60 kota di dunia, operasional Grab sejatinya lebih luas dengan cakupannya di 173 kota di Asia Tenggara, 110 kota di antaranya di Indonesia. Jumlah pengemudinya sendiri 2,4 juta di seluruh Asia Tenggara.
(age)