TikTok mengklaim keamanan data pengguna merupakan prioritas. Head of Content and User Operation TikTok Indonesia, Angga Anugrah Putra mengatakan TikTok tidak pernah menyalahgunakan atau memberikan data pengguna kepada pihak lain, termasuk ke China.
Pernyataan ini merespons adanya kebijakan larangan penggunaan di negara lain seperti India karena dituding sebagai alat mata-mata dan membocorkan data ke China. Tak hanya India, Amerika Serikat juga berencana akan melarang penggunaan TikTok di negaranya.
"Ada banyak informasi yang tidak benar terkait itu (penyalahgunaan data pengguna TikTok). Pernyataan kami, keamanan dan kenyamanan pengguna ini prioritas kami," ujar Angga dalam diskusi virtual, Rabu (29/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kayak dituduh spying atau segala macam itu tidak benar," ujarnya.
Angga menuturkan TikTok bekerjasama dengan konsultan dan pihak ketiga dalam mengelola bisnisnya. Sehingga, dia mengatakan pihaknya transparan kepada pengguna.
Lebih lanjut, Angga menyampaikan pengguna TikTok memegang kendali penuh atas akunnya. Sehingga, dia berkata pengguna bisa memanajemen akunnya ketika digunakan.
"Jadi semua kendali ini itu ada di tangan user (pengguna). Dan kalau dirangkum, banyak sekali (informasi) yang tidak benar dan kami juga transparan. Kami juga selalu patuh dengan pemerintah lokal, termasuk di Indonesia," ujar Angga.
Meski demikian, Angga mengimbau pengguna untuk aktif melakukan pembaruan aplikasi TikTok. Hal itu untuk meminimalisir hal negatif terhadap pengguna.
Terpisah, Head of Public Policy TikTok Indonesia, Malaysia, dan Filipina, Donny Eryastha mengatakan pihaknya berkomitmen untuk melindungi privasi dan keamanan pengguna. TikTok juga diklaim bekerja dengan seksama untuk mengembangkan infrastruktur keamanan yang terbaik.
"Dan menjunjung Panduan Komunitas serta mematuhi aturan dan hukum privasi setempat yang berlaku," kata Donny dalam keterangan tertulis.
Donny berkata pengguna dapat mengambil bagian dengan melakukan tiga hal untuk melindungi privasi data, yakni ganti kata sandi; memeriksa info akun; dan tidak mudah mempercayai situs web pihak ketiga.
Donny menyatakan mengganti sandi akan mengeluarkan semua pengguna lain yang mungkin mempunyai akses ke akun Anda. Jika Anda tidak bisa mengubah kata sandi, pengguna diminta menghubungi Tim Pendukung dengan mengunjungi tab Profil, klik ikon Pengaturan, dan pilih Privasi dan Pengaturan > Kirim Ulasan.
"Pilih kata sandi yang aman yang mengandung setidaknya satu angka dan karakter khusus," ujarnya.
Sedangkan memeriksa info akun untuk memverifikasi apakah informasi di akun Anda benar.
Terakhir, Donny meminta pengguna tidak mempercayai situs web pihak ketiga yang menjanjikan untuk memberikan likes secara gratis, penggemar, mahkota, koin, atau insentif lain. Sebab, situs web itu bisa mengambil informasi login pengguna.
"TikTok tidak pernah menawarkan insentif semacam itu dan selalu mengingatkan para pengguna untuk melaporkan kepada kami jika menerima tawaran seperti itu," ujar Dony.
Sebelumnya, TikTok cabang Australia membantah mengirimkan data pengguna ke China. Pernyataan ini muncul di tengah semakin buruknya hubungan antara Australia dan China.
TikTok dituduh mengambil data dari hampir 1 miliar pengguna aktif, 1,6 juta pengguna di antaranya berasal dari Australia. TikTok lebih spesifik dikatakan mengirimkan data itu ke Partai Komunis China.
India juga akan melarang total 275 aplikasi asal China, termasuk PlayerUnknown's Battlegrounds (PUBG). Padahal bulan lalu, India telah melarang 59 aplikasi China, termasuk TikTok, WeChat, dan UC Browser setelah ketegangan antara kedua negara.
Daftar 275 aplikasi yang bakal diblokir itu dituding melanggar keamanan dan privasi pengguna.