Pandemi virus corona (Covid-19) ikut memicu munculnya berbagai informasi keliru (misinformasi) dan hoaks di masyarakat.
Ahli Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan penyakit baru menimbulkan berbagai penyangkalan. Dicky menjelaskan sebagian kelompok masyarakat dan juga pemerintahan akan merespon dalam bentuk penyangkalan, kepanikan, ketakutan dan bila sudah berlalu dengan baik baru akan masuk tahap respons secara rasional.
"Sejarah mencatat hoaks, teori konspirasi, penyangkalan dan xenophobia tumbuh subur di saat ada penyakit baru," kata Dicky kepada CNNIndonesia.com, Selasa (21/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini timbul akibat timbulnya dampak yang sangat besar pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat dalam jangka panjang. Selain itu ada sebagian orang yang merasa terancam baik kebebasan atau pun kenyamanan.
Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) mencatat 544 jumlah kabar burung atau hoaks terkait virus corona di masyarakat, sejak Januari hingga Agustus 2020.
Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyebut telah mendeteksi 1.160 hoaks di Indonesia sejak 23 Januari hingga 1 April 2020. Dari ribuan hoaks itu, Kominfo telah memblokir 750 hoaks virus corona (SARS-CoV-2) atau Covid-19.
Bareskirm Polri telah mengungkap 90 kasus dalam periode 30 Januari hingga 15 April 2020. Dari 89 kasus, 89 orang telah ditetapkan sebagai tersangka.
Menurut pengamat media sosial Enda Nasution, misinformasi merupakan kegiatan penyebaran ulang informasi hoaks yang terlanjur sudah beredar di media sosial. Misinformasi juga biasanya terjadi akibat penyampaian informasi dari mulut ke mulut yang memungkinkan penambahan atau pengurangan informasi.
"Misinformasi itu informasi salah, tapi bukan hoaks. Kalau info, data, berita yang salah atau tidak akurat, tanpa ada maksud jahat atau kesengajaan, dan tidak merugikan maka jatuhnya misinformasi," kata Enda kepada CNNIndonesia.com, (4/4) lalu.
Pelanggaran berita hoaks atau bohong diatur dalam UU ITE. Pelanggar ketentuan pasal 28 UU ITE ini dapat dikenakan sanksi yang tercantum dalam dalam Pasal 45A ayat (1) UU ITE dengan dengan pidana penjara paling lama enam tahun dan atau denda paling banyak Rp1 miliar.
Berikut sejumlah misinformasi kontroversial seputar virus corona dan Covid-19.
![]() |
Nama Hadi Pranoto mulai diperbincangkan publik usai namanya pertama kali muncul dalam sebuah video yang diunggah di kanal youtube milik Erdian Aji Prihartanto alias Anji.
Dalam video itu, mereka membahas berbagai hal soal Covid-19. Mulai dari klaim virus corona mati pada suhu 350 derajat hingga penemuan jamu obat Covid-19. Namun, usai ramai di media sosial, video itu hilang dari Youtube pada Minggu (2/8).
Klaim obat covid-19 hadi membuat publik geger, hingga membuat Satuan Tugas Penanganan Covid-19 dan Kemenkes turut angkat bicara. Menurut mereka, obat atau vaksin yang bisa digunakan untuk mencegah dan mengobati penularan Covid-19 belum ditemukan atau belum selesai penelitiannya oleh negara manapun di dunia.
Atas misinformasi itu, kepada CNNIndonesia.com, Hadi pun mengklarifikasi bahwa temuannya tersebut adalah minuman herbal, guna menguatkan antibodi. Ia juga mengaku telah mengantongi izin dari BPOM terkait ramuan herbalnya tersebut.
"Bukan obat, tapi herbal. Kita ramu untuk semua kalangan, bayi, orang tua. Bukan obat ya, tapi herbal, minuman untuk kuatkan antibodi, bentuk sistem imun dalam tubuh," jelas Hadi.
Hadi pun mengklaim obat herbalnya telah dikonsumsi puluhan ribu orang. Tak hanya itu, obatnya disebut-sebut telah digunakan sebagai media penyembuhan di RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran dan RSAL Dr. Mintohardjo. Meski pihak RSAL membantah pernyataan tersebut.
"Dan itu semua gratis saya berikan kepada masyarakat Indonesia yang tidak mampu ya. Tetapi yang mampu ya tidak," lanjut Hadi.
Merespons hal itu, Sosiolog Universitas Airlangga Surabaya Bagong Suyanto menganggap subjektivitas Hadi sah-sah saja. Namun jadi masalah jika pendapat itu disiarkan ke publik tanpa landasan saintifik yang jelas.
Bagong khawatir klaim-klaim seperti yang disampaikan Hadi berdampak buruk di masyarakat. Sebab klaim itu justru akan membuat masyarakat lengah menghadapi pandemi.
![]() |
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Balitbangtan) sempat mengklaim bahwa hasil penelitian menunjukkan pemanfaatan kandungan senyawa aktif 1,8-cineole (eucalyptol) yang dimiliki oleh tanaman eucalyptus efektif sebagai antivirus corona.
Oleh sebab itu, Kementan menciptakan kalung berbahan eucalyptus atau kayu putih yang diklaim bisa menangkal virus corona. Kalung berbahan kayu putih itu bahkan dipakai para selebritis untuk dipromosikan.
Senada, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo tutur menyatakan, bahwa kalung tersebut efektif membunuh virus corona dan teruji ampuh membunuh virus dalam 15-30 menit pemakaian. Belakangan, Kementan mengonfirmasi
Usai ramai di media, Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan belum melakukan uji klinis terhadap berbagai produk eucalyptus yang diklaim punya fungsi antivirus, seperti kalung, roll on, hingga inhaler.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry seluruh produk eucalyptus yang dibuat Kementan berstatus sebagai jamu di Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Menurutnya, perlu dilakukan upaya riset dan inovasi untuk mendapatkan produk Obat Hebal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka. Fitomarfaka adalah obat dari bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik.
![]() |
Musisi punk rock dan penabuh drum SID, Jerinx atau JRX, sempat menjadi perbincangan banyak orang terkait teori konspirasi yang diyakininya. Teori konspirasi yang paling menyita perhatian publik adalah virus corona buatan elite global.
Penganut teori tersebut, salah satunya yakni Jerinx meyakini Covid-19 merupakan salah satu alat kontrol elite global agar tetap berada di puncak piramida ekonomi dan politik dunia.
Jerinx juga sempat melakukan aksi dengan masyarakat Bali yang tergabung MANUSA, yang terdiri dari Komunitas Bali Tolak Rapid dan Front Demokrasi Perjuangan Rakyat (Frontier) Bali. Mereka menggelar demonstrasi di seputaran Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Bajra Sandhi, Denpasar, Minggu (26/7).
Lihat juga:Jerinx Dipolisikan IDI soal 'Kacung WHO' |
Mereka juga mengatakan aksi tersebut bertujuan untuk memberi edukasi bahwa rapid dan swab test tak bisa mendeteksi virus corona.
Merespons hal itu, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Bakti Bawono Adisasmito mengatakan meskipun ancaman bahaya berada di depan mata, sebagian orang melihat kenyataan penyebaran virus SARS-CoV-2 merupakan sebuah konspirasi.
"Jadi, bukan berupa konspirasi. Kami mohon agar, semua pihak melihat apa yang terjadi di angka yang ada di seluruh dunia, dan kita betul-betul menjaga keamanan dan keselamatan anggota keluarga kita semuanya," kata Wiku saat konferensi pers di Media Center, Graha BNPB, Jakarta, Selasa (28/7) lalu.
Sebelum video viral dengan Hadi Pranoto, Anji pun sempat menimbulkan kontroversi terkait anjuran jangan menggunakan masker saat berolahraga.
"Apapun penyebabnya, tetap JANGAN MEMAKAI MASKER saat kamu olahraga. Cari artikel yang membahas bahaya memakai masker terlalu lama atau untuk olahraga," kicauan Anji.
Banyak yang menilai bahwa anjuran Anji sebenarnya tidak salah, hanya saja penulisan kapital pada kata "Jangan memakai masker," dianggap bisa menimbulkan salah persepsi.
Sementara itu, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, kembali mengingatkan agar figur publik yang kerap kali menjadi panutan masyarakat agar selalu berhati-hati terhadap sumber pemberitaan atau referensi apapun yang dia dapat berkaitan dengan pandemi Covid-19 ini.
![]() |
Nama pendiri sekaligus mantan CEO Microsoft, Bill Gates ramai diperbincangkan masyarakat dunia karena dihubungkan dengan pandemi covid-19. Nama Bill Gates disandingkan dengan teori konspirasi virus corona. Menurut data perusahaan analisis media sosial Zignal Labs ditemukan 18.000 konten yang mengaitkan Gates dengan virus corona sepanjang bulan Maret sampai awal April 2020.
Berawal,dari Gates yang sudah pernah memperingatkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump soal ancaman pandemi ini di AS.
Dalam pertemuan di Trump Tower tahun 2016, Trump yang saat itu masih merupakan calon presiden berdiskusi dengan Gates soal bahaya penyakit menular.
Alhasil, muncul beberapa teori konspirasi. Teori konspirasi yang disematkan kepada Gates ialah banyak kalangan yang menuding vaksin Covid-19 buatan disusupi mikrocip. Mikrocip ini ditugaskan untuk memantau pergerakan warga yang mendapat vaksin itu.
Teori konspirasi mikrocip ini muncul pertama kali pada Maret 2020 saat Gates mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa butuh sertifikat digital untuk diberikan kepada seseorang atau suatu organisasi yang menciptakan vaksin virus corona baru.
Namun, menurut Gates hal itu tidak benar. Hal itu diungkapkannya ketika menanggapi jajak pendapat dari YouGov dan Yahoo News. Jajak pendapat itu menyebut 28 persen warga Amerika Serikat (AS) percaya dengan teori konspirasi kalau vaksin yang dikembangkan Gates dipasang cip mikro untuk melacak pergerakan jutaan orang.
Keberadaan jaringan 5G telah menimbulkan berbagai rumors dan teori konspirasi di tengah masyarakat. Terbaru, penyebaran narasi di media sosial bahwa teknologi 5G memicu pandemi virus corona.
Akibatnya, platform media sosial dipaksa untuk mengambil tindakan untuk menghentikan penyebaran narasi tersebut setelah serangkaian menara-menara 5G dibakar.
Namun, melansir situs Badan Kesehatan Dunia, virus tidak dapat melakukan perjalanan lewat gelombang radio atau jaringan seluler. Covid-19 juga menyebar di banyak negara yang belum memiliki jaringan seluler 5G.
Profesor bioteknologi di Universitas Pennsylvania, Kenneth Foster juga menuturkan banyak teori konspirasi tentang bahaya 5G fokus pada frekuensi radio yang dilalui sinyal. Namun, dia mengatakan jaringan 5G pita-rendah dan menengah-pita beroperasi pada frekuensi yang hampir sama dengan jaringan yang ada.
Banyak teori konspirasi tentang bahaya 5G fokus pada frekuensi radio yang dilalui sinyal. Tetapi para ahli menunjukkan bahwa jaringan 5G low-band dan mid-band beroperasi pada frekuensi yang hampir sama dengan jaringan yang ada.
(khr/eks)