Sudah dua tahun terakhir perusahaan besar di Indonesia, seperti Astra International, Bank Central Asia, Telkom, Bank BRI dan beberapa perusahaan swasta nasional lainnya mulai melirik untuk berinvestasi di perusahaan digital atau startup.
Tak tanggung-tanggung, dana yang dikucurkan untuk berinvestasi di perusahaan rintisan itu mencapai ratusan juta dollar. Keputusan itu disebut tepat dan terlihat saat pandemi virus corona Covid-19.
Pendiri Nusantara Venture dan bubu.com, Shinta Witoyo Dhanuwardoyo mengatakan bahwa perusahaan tersebut melakukan investasi di perusahaan digital selain melihat potensi sinergi dengan core usaha yang selama ini geluti, mereka juga mencari pertumbuhan pendapatan dari perusahaan rintisan digital.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka kan harus melakukan investasi di bidang teknologi. Sebab mereka semua memiliki banyak bisnis yang harus didigitalisasikan. Kalau Astra, Telkom atau BCA masuk ke dunia startup maka investasi yang dilakukan harus bisa mendukung usaha yang selama ini sudah mereka jalankan," kata Shinta lewat keterangan tertulis, Rabu (23/9).
"Mereka akan mencari sinergi dengan perusahaan startup yang mereka investasi di sana. Jadi selain diversifikasi usaha perusahaan tersebut juga mencari sinergi," terang Shinta," tambahnya.
Dengan banyaknya investasi yang dikucurkan oleh perusahaan besar ke startup nasional, dinilai Shinta, merupakan dukungan nyata perusahaan yang sudah mature untuk mendukung perusahaan rintisan dengan kekuatan finansial atau jaringan yang telah mereka miliki.
"Contohnya Telkom. Dengan berinvestasi di perusahaan startup, Telkom Group yang memiliki networking yang besar serta pelanggan yang banyak dapat memperkenalkan aplikasi yang dibuat oleh perusahaan rintisan tersebut," kata Shinta.
Kolaborasi dan sinergi antara perusahaan besar dengan startup ini dinilai Shinta menguntungkan kedua belah pihak.
Meski Indonesia masih menghadapi pandemi Covid-19, namun tak menyurutkan perusahaan besar tersebut untuk berinvestasi di perusahaan rintisan. Bahkan mereka semakin getol berinvestasi di perusahaan rintisan.
Menurut Shinta masih gencarnya perusahaan besar nasional yang berinvestasi di startup dinilai merupakan tanda bahwa investasi di perusahaan rintisan digital di Indonesia masih sangat menjanjikan.
Justru di masa pandemik seperti saat ini dijadikan momentum perusahaan baik yang besar maupun kecil untuk segera melakukan transformasi digital. Menurut Shinta jika perusahaan tersebut tidak berkolaborasi atau sinergi dengan perusahaan rintisan digital, maka mereka akan ketinggalan.
"Justru saat ini perusahaan startup berbasis teknologi tak terkena dampak yang signifikan dari pandemi Covid-19. Dia hanya cukup memikirkan dan mengubah sedikit bisnis model yang sudah ada agar dapat menunjang dengan kondisi yang saat ini tengah terjadi," kata Shinta.
Sehingga bisnis yang mereka jalankan tepat di masa pandemi. Justru saat ini startup memiliki kemampuan yang jauh lebih cepat merubah bisnis model ketimbang perusahaan konvensional," ujar Shinta.
Shinta memberikan contoh, salah satu startup yang dinaungi Nusantara Venture dan bubu.com yaitu DOOgether. Startup ini menyediakan layanan booking tempat olah raga. Di masa PSBB seperti saat ini tempat olahraga diharuskan untuk tutup.
Namun kini DOOgether merubah bisnisnya menjadi kelas online. Para perusahaan rintisan ini harus mampu mengidentifikasi kebutuhan masyarakat di saat pandemi seperti saat ini.
Untuk dapat terus mempertahankan industry startup nasional, Shinta juga membuat platform startupindonesia.co.
Melalui aplikasi ini diharapkan dapat mempertemukan antara perusahaan rintisan dengan angel investor atau venture capital. Selain itu startupindonesia.co juga memberikan bantuan mentoring atau informasi kepada perusahaan rintisan digital.
Sementara itu perusahaan yang sudah mencapai level Decacorn dinilai Shinta masih akan mampu bertahan di saat pandemi seperti saat ini. Ini disebabkan model bisnis yang selama ini dijalani sudah terbukti. Bahkan peluang bisnis perusahaan yang sudah level Decacorn akan terus ada.
"Memang tidak semua industri positif di saat pandemi. Namun secara umum kalau perusahaan yang sudah level Decacorn pasti sudah terbukti berhasil usahanya. Contohnya saja Grab dan Gojek. Dua perusahaan tersebut masih akan terus berkembang usahanya," kata Shinta.