Analisis Epidemiolog AS soal Misteri Trump Bisa Kena Covid-19

CNN Indonesia
Senin, 05 Okt 2020 15:26 WIB
Sejumlah epidemiolog menganalisis misteri Trump bisa tertular Covid-19, dilacak dari kampanye hingga lemahnya protokol kesehatan Gedung Putih.
Donald Trump dan Melania positif Covid-19. (AP/Carolyn Kaster)

Sejumlah epidemiolog mengaku tidak mengherankan jika Covid-19 telah sampai ke tangan Trump, namun sungguh mengejutkan bahwa hal itu membutuhkan waktu selama ini. 

Selama beberapa bulan terakhir, telah ada kasus Covid-19 di lingkaran Trump. Pada bulan Mei, dua staf Gedung Putih dinyatakan positif, termasuk sekretaris pers Wakil Presiden Mike Pence. 

Pada Juli, Tomas Philipson, penasihat ekonomi , terjangkit virus corona, bersama dengan dua anggota staf kampanye Trump dan Herman Cain, yang kemudian meninggal karena penyakit tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada bulan Agustus, Kimberly Guilfoyle yang merupakan pacar Donald Trump Jr. dan penggalang dana utama untuk kampanye Trump, terjangkit virus corona. 

Lusinan agen Dinas Rahasia yang ditugaskan untuk melindungi presiden dan wakil presiden juga dinyatakan positif pada Juli dan Agustus menyusul demonstrasi di Oklahoma dan Florida. 

"Tanggung jawab untuk ini bukan pada orang tertentu. Itu tentang sikap pencegahan secara keseluruhan di lingkaran presiden, yang belum terlalu ilmiah," ujar Smith.

Artinya, keberuntungan, lebih dari sekadar sains, yang membuat presiden bebas dari virus corona selama dia. Kebanyakan orang yang terinfeksi tidak menyebarkan virus ke orang lain. 

Infografis Tokoh Dunia Positif CoronaInfografis Tokoh Dunia Positif Corona

Sebuah makalah menemukan bahwa di Hong Kong, sekitar 20 persen orang bertanggung jawab atas 80 persen penularan. Hampir 70 persen kasus tidak menginfeksi satu orang pun. 

Akan tetapi, kemungkinan bahwa seseorang akhirnya terkena tertular akan meningkat bila semakin sedikit tindakan pencegahan yang dilakukan

"Mayoritas masuknya virus ini diperkirakan akan punah dengan sendirinya. Tetapi jika Anda mengizinkan cukup banyak dari mereka, pada akhirnya salah satu dari mereka tidak akan," kata Hanage.

Tes Saja Tidak Cukup

Dalam studi yang saat ini sedang ditinjau, epidemiolog di  T. H. Chan School of Public Health Harvard William Hanage, membuat simulasi yang menguji gagasan bahwa pengujian tes saja sudah cukup.

Mereka mensimulasikan komunitas yang yang tertular dengan virus, dan kemudian mencontoh apa yang terjadi jika Anda menguji semua pasien yang melewati pintu fasilitas perawatan kesehatan, mengumpulkan yang dites positif, dan membatasi interaksi mereka dengan petugas perawatan kesehatan dan staf lain. 

Mereka membandingkan pendekatan tersebut dengan meluasnya penggunaan alat pelindung diri, termasuk masker wajah, pelindung wajah, kacamata, sarung tangan, dan gaun, tanpa pengujian. Simulasi ketiga  adalah menggabungkan dua strategi tersebut.

Intinya, simulasi menunjukkan pengujian saja tidak cukup. Virus masih masuk, dan itu memicu wabah saat itu. 

"Namun menurut saya kita tidak memerlukan model untuk membuat argumen bahwa mengurangi semua potensi rute penularan itu bermanfaat jika Anda benar-benar ingin menghentikan virus masuk ke jaringan Anda," tutur Hanage.

(jnp/dal)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER