LAPAN menyampaikan bahwa potensi kejatuhan meteor seperti yang dialami Joshua di Tapanuli teramat kecil. Pertama, banyak meteor berukuran kecil dan habis terbakar di atmosfer. Kedua, sebaran manusia di Bumi masih terbilang tak merata sehingga probabilitas tertimpa menjadi lebih kecil.
Kemudian, Rhorom menjelaskan meteor bisa menembus atmosfer dan mencapai muka Bumi jika ukurannya cukup besar. Sebab, meteoritu tidak terbakar habis di atmosfer. Selain itu, meteor bisa menembus atmosfer Bumi karena tata surya tidak hampa.
"Banyak debu dan kerikil meteorit yang bisa menghampiri Bumi dan masuk ke atmosfer," ujar Rhorom.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih dari itu, Rhorom mengaku Lapan tidak bisa mendeteksi meteor yang menembus Bumi. Sebab, deteksi dan lokalisasi meteor memerlukan sistem kamera pemantau yang terdistribusi rapat di suatu area.
NASAmengingatkan jangan berharap menemukan meteorit setelah hujan meteor. Sebagian besar hujan meteor berasal dari komet yang materialnya cukup rapuh. Fragmen komet kecil umumnya tidak akan bertahan masuk ke atmosfer Bumi.
Melansir National Geographic, Pada 1825, seorang laki-laki dilaporkan terbunuh saat terhantam meteorit di Oriang, India. Pada 1827 masih di India, tangan seorang pria terluka saat dihantam batu angkasa di Mhow. Di Rusia, meteorit meledak dan melukai 1.200 orang gara-gara kaca yang pecah pada 2007.
Sementara itu, pada Oktober 1992, meteorit terbakar membentuk bola api dan mengenai mobil seorang perempuan di New Yorks. Lalu pada 2007, warga desa di Peru dilaporkan sakit setelah jatuhnya meteor memicu asap beracun yang keluar dari tanah.
Meteorit juga pernah mengganggu pesta pernikahan pada 1929 dan upacara pemakaman pada 1924.
Profesor dari Tulane University Stephen Nelson menegaskan peluang orang kejatuhan benda langit sampai mati adalah 1 banding 1,6 juta. Sedangkan Astronom Alan Harris menghitung bahwa manusia punya peluang 1 banding 700 ribu untuk kena benda asing selama hidup seseorang di muka bumi.
Sang pembeli batu metero di Tapanuli diketahui merupakan warga negara asing bernama Jared Collins.
Mengutip Daily Mail, Jared Collins merupakan ahli meteor asal Amerika Serikat (AS). Ia kemudian mengaku dikirim oleh kolektor bernama Jay Piatek untuk mengamankan meteorit dan melakukan negosiasi harga dengan Josua.
"Ponsel saya menyala dengan tawaran gila bagi saya, saya kemudian pesan tiket pesawat," kaya Jared.
"Saya membawa uang sebanyak yang saya bisa kumpulkan dan pergi mencari Josua, yang ternyata adalah negosiator yang cerdik," tambahnya.
Rampung transaksi dengan Josua, Jared mengirimkan batu tersebut ke AS, dan saat ini resmi menjadi koleksi pribadi Jay Piatek.
Rampung transaksi dengan Josua, Jared mengirimkan batu tersebut ke AS, dan saat ini resmi menjadi koleksi pribadi Jay Piatek.
Pecahan batu tersebut kemudian dijual kembali seorang kolektor kedua melalui situs jual-beli eBay seharga 757 poundsterling (Rp14,1 juta) per gram. Harga batu seberat 1.800 gram yang dijual Josua bisa mencapai hampir 1,4 juta poundsterling atau setara dengan Rp26 miliar.
Melansir Science Mag, kiprah Piatek (53) di dunia koleksi meteor sudah masyhur di komunitas astronomi AS. Lahir d Indiana, AS, Piatek adalah jebolan kedokteran Indiana University dan menjadi dokter hingga membuka klinik sejak 1995. Berburu meteor adalah hobinya yang dimulai tahun 2003.
Piatek mengaku tertarik meteor sejak anaknya yang masih kelas 4 SD kala itu belajar meteordi sekolah. Namun Piatek sadar meteor hanya dimiliki lembaga riset antariksa saja atau museum.
Piatek pun mulai mencari dari eBay dan pameran batu dan mineral. Piatek kemudian membuka jaringan dengan komunitas ilmuwan dan lembaga riset antariksa. Dia berburu meteor ke seluruh dunia.
Singkat cerita, Piatek pernah punya koleksi sebanyak 1.300 spesimen meteor. Namun beberapa tahun lalu, akibat sakit yang ia derita, Piatek memutuskan untuk mengurangi kecanduan meteroit dan menjual 400 spesimen yang ia punya.
Salah satu yang paling berharga adalah meteor Black Bauty. Ia mengaku menjualnya sebesar satu juta dolar AS ke miliarder teknologi Naveen Jain.
Ia pun menceritakan bahwa Black Bauty adalah meteor dari Planet Mars. Batu ini jatuh di Maroko, jutaan tahun lalu dan ditemukan suku nomaden Maroko tahun 2011. Tak butuh waktu lama, Piatek langsung membeli Black Beauty lewat perantara penjual batu mulia dan meteor bernama Aziz Habibi seharga Rp 85,2 juta.
Penemuan batu sontak menghebohkan para kolektor meteor dunia. Pasalnya harganya mencapai USD10.000 per gram dan cuma ada 2 kg di dunia. Piatek memiliki sekitar 1,4 kg atau senilai USD14 juta atau Rp199 miliar.
Lihat juga:4 Puncak Fenomena Hujan Meteor November 2020 |