Jakarta, CNN Indonesia --
Usai mendapat lampu hijau pembelian 100 persen saham Twitter, Senin (25/4), miliarder Elon Musk masih harus menyelesaikan pembayaran sebelum resmi menjadi pemilik utuh platform media sosial ini. Lalu kapan saga pencaplokan platform media sosial ini tuntas?
Pada 4 April, Musk lebih dahulu membeli 9,2 persen saham Twitter seharga US$2,89 miliar atau sekitar Rp41,44 triliun. Itu menjadikannya sebagai pemegang saham individu terbesar.
Sepuluh hari berselang, miliarder berusia 50 tahun itu digugat secara class action oleh mantan pemilik saham Twitter, Marc Rasella, ke pengadilan federal di Manhattan, New York. Belum tuntas gugatan ini, Musk sudah mengambil langkah lebih besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan dokumen penawaran di Komisi Bursa dan Sekuritas AS (SEC) tertanggal 12 Mei, Musk mengajukan pembelian semua saham di luar yang sudah ia kuasai dengan harga US$54,2 atau sekitar Rp791 ribu per lembar sahamnya.
Sempat ditentang salah satu pemegang saham besar, Pangeran Alwaleed bin Talal, dan Dewan Direksi melalui kebijakan 'poison pills', penawaran senilai total US$44 miliar atau sekitar Rp637,1 triliun itu pada akhirnya disetujui per Senin (25/4).
Gugatan kembali menghadang Musk usai persetujuan pengambilalihan itu. Dia digugat secara class action oleh pengelola Dana Pensiun Florida di Pengadilan Kanselir Delaware, Jumat (6/5). Mereka meminta Musk menghentikan transaksi pengambilalihan Twitter sebelum 2025.
Pihak pengelola dana pensiun polisi Orlando mengklaim undang-undang Delaware melarang merger secara cepat. Sejauh ini, kasusnya masih berproses.
Target Oktober
Kendati sudah setuju di angka US$44 miliar, Elon Musk belum sah menjadikan Twitter korporasi privat. Pasalnya, penuntasan proses akuisisi itu masih menunggu persetujuan para pemegang saham Twitter lewat proses voting.
Twitter sendiri belum mengumumkan kapan proses voting dilakukan. Meskipun, pertemuan tahunan para pemegang saham akan berlangsung pada Rabu (25/5).
Saat ini, ada dua regulator yang berperan penting. Pertama yakni Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) dan Komisi Perdagangan, serta Kementerian Kehakiman Amerika Serikat.
Dokumen pengajuan di SEC mengungkapkan bahwa kesepakatan akuisisi itu juga dapat diakhiri jika tidak ditutup alias tuntas pada 24 Oktober 2022 pukul 17.00 waktu setempat.
Namun, tetap ada klausul perpanjangan tenggat selama enam bulan jika diperlukan "untuk memenuhi syarat-syarat penutupan kesepakatan tertentu yang terkait dengan undang-undang antimonopoli, undang-undang investasi asing, atau tindakan pemerintah lainnya yang dapat memengaruhi perjanjian itu".
CEO SpaceX itu juga diwajibkan membayar biaya penghentian US$1 miliar (Rp14,6 triliun) jika tidak menyelesaikan akuisisi itu. Selain itu, Twitter juga masih dapat menerima tawaran lain jika prosesnya tuntas sebelum penutupan akusisi oleh Musk.
Dana patungan
Untuk menuntaskan pembayaran yang nilanya hampir mencapai delapan kali APBD DKI 2022 itu sebelum tenggat, Elon Musk, manusia terkaya dunia dengan total kekayaan US$223 miliar (Rp3.262,5 triliun) tak mengeluarkan duit dari kocek sendiri.
Dia melakukan 'blusukan' ke sejumlah investor untuk mendapat utang.
Dikutip dari Reuters, untuk meraih dukungan para investor itu Musk menebar janji akan meningkatkan komitmen pembiayaan Twitter dari awalnya US$21 miliar (Rp306,944 triliun) menjadi US$27,25 miliar (Rp398,296 triliun). Ini termasuk pendanaan baru US$7,14 miliar (Rp104,36 triliun) yang diumumkan pada Kamis pekan lalu.
Elon juga telah mendapatkan komitmen dari bank senilai US$13 miliar (Rp190 triliun) dalam bentuk pinjaman dengan jaminan saham Twitter.
Di luar itu, Musk mendapat pinjaman margin (pinjaman dengan jaminan saham) dari Morgan Stanley dengan memakai saham Tesla senilai US$6,25 miliar, atau turun dari US$12,5 miliar yang diumumkan pada 21 April.
Rincian investor pendukung akusisi Musk di halaman berikutnya...
[Gambas:Video CNN]
Pada akhirnya, usaha Musk itu membuahkan hasil dengan mendapat modal patungan dari 19 investor, termasuk dari Pangeran Arab Saudi Alwaleed bin Talal Al-Saud yang mulanya menentang akuisisi itu.
Dikutip dari Reuters, investor yang menggelontorkan dana terbesar bagi Musk adalah Pangeran Alwaleed senilai US$1,89 miliar (Rp27,7 triliun).
Di belakangnya, co-founder Oracle Corp Larry Ellison, seorang pengusaha yang mengklaim sebagai teman teman dekat Elon, menyidorkan senilai US$1 miliar (Rp14,6 triliun). Sementara, 17 investor lainnya menyumbang di bawah US$1 miliar. (Daftar lengkapnya pada grafik Reuters di bawah ini)
Investor Ekuitas | Deskripsi | Komitmen Ekuitas |
A.M. Management & Consulting | - | US$25 juta |
AH Capital Management | VC firm founded by Marc Andreessen and Ben Horowitz | US$400 juta |
Aliya Capital Partners | SpaceX investor | US$360 juta |
BAMCO | Investment adviser | US$100 juta |
Binance | Cryptocurrency firm | US$500 juta |
Brookfield | Canadian investment firm with over $690 billion assets under management | US$250 juta |
DFJ Growth IV Partners | Tesla, SolarCity, SpaceX and The Boring Company investor | US$100 juta |
Fidelity Management & Research Company | Acts as the investment advisor to Fidelity's family of mutual funds | US$316 juta |
Honeycomb Asset Management | Private investment firm led by Chief Investment Officer David Fiszel | US$5 juta |
Key Wealth Advisors | | US$30 juta |
Lawrence J. Ellison Revocable Trust | Oracle co-founder Larry Ellison's trust | US$1 miliar |
Litani Ventures | Chicago-based VC firm | US$25 juta |
Qatar Holding | Investment house founded by Qatar Investment Authority | US$375 juta |
Sequoia Capital Fund | Invested in The Boring Company | US$800 juta |
Strauss Capital LLC | - | US$150 juta |
Tresser Blvd 402 LLC (Cartenna) | - | US$8.5 juta |
VyCapital | Invested in The Boring Company | US$700 juta |
Witkoff Capital | New York-based real estate tycoon Steven Witkoff's firm | US$100 juta |
Pangeran Alwaleed bin Talal | Twitter investor | US$1.89 miliar (34,948,975 lembar saham) |
Usai menyepakati pendanaan itu, Pangeran Alwaleed bin Talal, Kamis (5/5), mengatakan Elon Musk akan menjadi 'pemimpin yang sangat baik' untuk Twitter.
"Saya percaya Anda (MUSK) akan menjadi pemimpin yang sangat baik bagi Twitter untuk mendorong dan memaksimalkan potensi besarnya," kicaunya via Twitter.
"Kingdom Holding Company dan saya berharap untuk meluncurkan US$1,9 miliar kami di Twitter dan bergabung dengan Anda dalam perjalanan yang mengasyikkan ini," tambah dia, sambil menyebut Musk sebagai "teman baru".
Padahal, ia pada 14 April sempat menentang tawaran pembelian 100 persen saham Twitter oleh Elon Musk dengan mengatakan harga yang ditawarkan tidak mendekati nilai intrinsik Twitter mengingat prospek pertumbuhan platform itu.
Kingdom Holding enggan berkomentar lebih lanjut ihwal pendanaan tersebut kepada Reuters.
Janji dan Kontroversi
Belum tuntas kesepakatan akusisi itu, dikutip dari The New York Times, Elon Musk kembali menebar janji, salah satunya berkomitmen akan meningkatkan pendapatan tahunan Twitter menjadi US$26,4 miliar (Rp386,186 triliun) pada 2028, atau naik dari US$5 miliar pada 2021, Jumat (6/5).
Mengutip presentasi Musk kepada para investor, keuntungan dari iklan akan turun 45 persen dari total pendapatan, atau turun dari sekitar 90 persen pada 2020. Ini diprediksi akan menghasilkan pendapatan US$2 miliar pada 2028.
Namun, keuntungan dari langganan diperkirakan akan bertambah US$10 miliar. Selain itu, CEO Tesla ini juga akan meningkatkan arus kas Twitter menjadi US$3,2 miliar pada 2025 dan US$9,4 miliar pada 2028.
Di luar rencana pendapatan, Musk juga melontarkan sederet program teknis, seperti mengembalikan time line Twitter menjadi kronologis ketimbang pilihan algoritma, , menindak bot spam, mengurangi jumlah moderasi konten untuk memfasilitasi lebih banyak "kebebasan berpendapat".
Bentuk konkretnya adalah pengembalian akun mantan Presiden AS Donald Trump, yang sempat diblokir karena dinilai provokatif.
Namun demikian, sejauh ini belum ada kepastian soal kebijakan-kebijakan Twitter itu lantaran akuisisi belum final dan Musk belum sah jadi pemilik perusahaan.
"Sebelum kesepakatan [akuisisi]-nya ditutup, kita tidak tahu kemana arah tujuan platform ini," kata CEO Twitter Parag Agrawal, dikutip dari CNBC.