Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah belum satu suara dalam merancang reformasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) ke depan. Hal ini tercermin dari klarifikasi Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil yang menyanggah pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri Keuangan Bambang P.S Brodjonegoro soal rencana penerapan subsidi BBM tetap.
"Saya rasa masih banyak opsi lain (selain subsidi tetap)," ujar Sofyan Djalil di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (15/12)
Sebelumnya, Menteri Keuangan menegaskan
reformasi subsidi BBM masih akan berlanjut, antara lain dengan menerapkan skema subsidi tetap (fixed subsidy). Dengan demikian harga jual BBM bersubsidi sewaktu-waktu bisa naik atau turun mengikuti tren harga minyak dunia.
"Dalam konsep ini, besaran subsidi akan dipatok per liter BBM. Jadi tidak seperti saat ini dimana harga jual BBM bersubsidi yang ditetapkan fixed pada suatu harga tertentu," jelasnya baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sisi fiskal, kata Bambang, skema subsidi tetap akan membantu pemerintah mempermudah mengendalikan anggaran subsidi. Sebab, total belanja subsidi hanya akan bergantung pada volume konsumsi dan tidak dipengaruhi oleh perubahan atau volatilias faktor eksternal, seperti nilai tukar dan harga minyak.
Konsep Bambang didukung olah Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).
JK berharap kebijakan subsidi BBM tetap tersebut segera direalisasikan. "Nanti tahun depan kita akan memperhitungkan itu subsidi tetap. Ya itu kita tentukan saja. Apakah seribu atau dua ribu nanti kita hitung," katanya.
Sofyan Djalil mengatakan pemerintah sampai saat ini masih memantau pergerakan harga minyak mentah di pasar global. Menurutnya, kejatuhan harga minyak mentah hingga menyentuh level terendah di bawah US$ 65 per barel belum dapat dapat dipastikan apakah bertahan untuk jangkja panjang atau tidak.
"Memang ada analisis seperti itu, ada yang bilang juga akan bounce back, tapi ya kita harap 1-2 tahun ke depan seperti itu," ucapnya
Mantan Menteri Bdan Usaha Milik Negara (BUMN) itu menambahkan perkembangan harga minyak mentah dunia saat ini sangat tergantung pada kesepakatan produksi Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC). "Sejauh ini OPEC sepertinya tidak mau menurunkan produksi sehingga menyebabkan harga menjadi begitu rendah, itu bagus untuk kita sementara," tutupnya.
Sebagai informasi, harga minyak Brent pada perdagangan Sabtu (13/12) jatuh ke level US$ 62 per barel, sedangkan minyak mentah AS anjlok ke harga US$ 58 per barel