Jakarta, CNN Indonesia -- Penyedia jasa telekomunikasi PT Indosat Tbk (ISAT) telah menyiapkan strategi terkait pelemahan rupiah yang terus terjadi. Sejak fluktuasi melanda pasar uang dunia, perseroan telah menyiapkan opsi percepatan pembayaran obligasi dolar Amerika Serikat yang nilainya mencapai US$ 650 juta. Meski demikian, Indosat masih dihantui adanya rugi selisih kurs.
Andromeda, Head Investor Communication Indosat mengatakan bahwa perseroan berencana mempercepat pembayaran obligasi (
guaranteed notes) senilai US$ 650 juta, yang jatuh tempo pada 2020. Alasannya jelas, kupon obligasi sebesar 7,37 persen atau mencapai US$ 47,93 juta per tahun bakal memberatkan langkah Indosat.
"Rencana mau percepat pembayaran itu memang sudah sejak lama. Targetnya pada 2015 sebagian atau seluruh obligasi senilai US$ 650 juta tersebut bakal dibayar," kata Andromeda ketika dihubungi CNN Indonesia, Selasa (16/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andromeda menyatakan Indosat memang berencana mengurangi porsi utang berdenominasi dolar menjadi 20 persen sampai 30 persen. Dia mencatat sejak tiga tahun lalu hingga sekarang, sekitar setengah dari total utang Indosat masih berdenominasi dolar. Indosat juga telah menerbitkan obligasi rupiah senilai Rp 2,5 triliun untuk mengurangi beban utang dolar terhadap kinerja keuangan perseroan.
Masih Menghantui
Namun di sisi lain dia mengakui pelemahan rupiah masih menghantui pembukuan perseroan. Dia menyatakan rugi selisih kurs diprediksi bakal meningkat. Meski jika secara tahunan tidak terlalu tinggi, tetapi secara kuartalan kemungkinan bakal meningkat.
“Kalau obligasi sudah
done, yang masih jadi menjadi masalah kemungkinan rugi kurs dilihat per kuartal pada tahun ini,” ujarnya.
Indosat mencatat rugi atas selisih kurs bersih pada sembilan bulan pertama 2014 sebesar Rp 0,8 miliar dibandingkan rugi bersih sebesar Rp 2,35 miliar pada periode yang sama di 2013.
Hingga pukul 14.45 WIB, Selasa (15/12), Rupiah diperdagangkan di level Rp 12.707 per dolar. Pada hari ini titik terlemah Rupiah sempat berada di Rp 13 ribu per dolar.