Sentimen Kurang Kuat, Rupiah Berpotensi Lanjutkan Pelemahan

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Minggu, 15 Feb 2015 10:03 WIB
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi berada dalam rentang 12.850-12.663 untuk kurs tengah Bank Indonesia (BI) sepanjang pekan depan.
Petugas menghitung uang pecahan 100 Dollar di pusat penukaran uang, Jakarta, Kamis (5/2). (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi berada dalam rentang 12.850-12.663 untuk kurs tengah Bank Indonesia (BI) sepanjang pekan depan, dengan kecenderungan melanjutkan pelemahan karena sentimen rilis data ekonomi dan pelemahan euro.

Berdasarkan data Bank Indonesia, kurs tengah rupiah pada perdagangan Jumat (13/2) menembus ke level Rp 12.769 per dolar AS, dari kurs tengah sebelumnya Rp 12. 794 per dolar AS. Kurs tersebut menguat setelah dua hari melemah.

Head of Research PT Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan rilis pelemahan pada obligasi Yunani yang secara tidak langsung berimbas pada laju Euro, turut mempengaruhi laju rupiah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Akibatnya laju rupiah kembali melemah. Di sisi lain, beredarnya rilis draft pertemuan G-20 yang meminta kepada kepala negara untuk menjalankan kebijakan moneter yang akomodatif dipersepsikan masih adanya perlambatan ekonomi global,” ujarnya seperti dikutip dari riset, Minggu (15/2).

Reza menjelaskan, dengan masih adanya potensi perlambatan tersebut, pelaku pasar kembali mentransaksikan mata uang hard currency, dolar AS. Menurutnya, sentimen positif dari rilis kenaikan cadangan devisa RI di akhir pekan lalu tidak mampu mempertahankan lau rupiah di zona hijaunya.

Di lain hari, meski terdapat sejumlah sentimen negatif terutama dari masalah Yunani terkait berita dari aksi Perdana Menteri Yunani, Alexis Tsipras yang akan mengesampingkan program bailout dan merubah kebijakan-kebijakan reformasi yang sudah direncanakan Zona Euro direspon negatif.

“Sehingga membuat laju euro melemah, namun tidak banyak mempengaruhi laju rupiah,” ungkap Reza.

Sementara itu, rilis inflasi Tiongkok yang merendah dipersepsikan bahwa bank sentral Negeri Tirai Bambu tidak akan melakukan kebijakan ekonomi ketat, sehingga memberikan ruang untuk ekonomi Tiongkok bertumbuh dan berimbas pada sempat menguatnya yuan.

“Laju rupiah kembali menunjukan pelemahannya seiring dengan masih terapresiasinya dolar AS karena memanfaatkan pelemahan euro,” kata Reza.

Lebih lanjut, Reza menilai, pasca tersiar kabar kemungkinan gagalnya kesepakatan Yunani dengan para kreditor memicu pelemahan atas euro. Hal itu terjadi meskipun pertemuan tersebut direncanakan kembali diadakan pada Senin depan. Meski di akhir pekan laju rupiah mampu berbalik naik, namun kenaikan yang terjadi kurang mampu mengimbangi pelemahan di hari-hari sebelumnya. (gir/gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER