Gagal Bayar Utang, Berau Diganjar Outlook Negatif

CNN Indonesia
Jumat, 10 Jul 2015 13:41 WIB
Rating negatif yang diberikan Moodys ini baru akan diperbaharui jika pada akhirnya manajemen BRAU mampu merestrukturisasi utang-utangnya.
Berau Coal adalah produsen batubara terbesar ke lima di Indonesia. Berau mengelola tiga tambang batubara di Kalimantan Timur yaitu Lati, Binungan dan Sambarata. (Dok. Berau Coal)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lantaran mengalami gagal bayar utang senilai US$ 450 juta atau berkisar Rp 5,9 triliun, lembaga pemeringkat efek Moodys mengganjar PT Berau Coal Energy Tbk dengan rating Caa2 negative. Brian Grieser, Vice President dan Senior Analyst Moodys mengungkapkan pemberian outlook negatif terhadap emiten bertiker BRAU ini  didasarkan karena hingga jatuh tempo utangnya di 8 Juli kemarin manajemen Berau urung melunasi kewajiban berbentuk obligasi yang diterbitkan anak usahanya di Singapura .

"Outlook negatif ini juga mencermikan ketidakjelasan strategi korporasi ACE setelah (proses) akuisisi selesai. Kebijakan manajemen korporasi BRAU yang terlihat buruk selama beberapa tahun belakangan (juga menjadi faktor pertimbangan)," jelas Grieser dalam keterangan resmi yang diterima CNN Indonesia, Jumat (10/7).

Sebagai pengingat, beberapa waktu lalu anak usaha BRAU, Berau Resources Pte Ltd telah menerbitkan obligasi berkupon 12,5 persen di Singapura dengan menjadikan induk usaha sebagai jaminan. Sebelum ditetapkan mengalami gagal bayar atau default, Pengadilan Tinggi Singapura sendiri pernah mengenakan moratorium untuk surat utang Berau dan memberikan waktu hingga 4 Januari 2015 bagi manajemen untuk bernegosiasi dengan para pemegang surat utangnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di tengah upaya pembayaran utang obligasi Berau tadi, terdapat satu perusahaan yakni Asia Coal Energy Ventures Limited (ACE) yang mengumumkan telah melakukan penawaran tunai untuk mengakuisisi 100 persen dari semua saham Asia Resource Minerals (ARMS) yang merupakan pemegang 84,7 persen saham BRAU.

Adapun ACE yang belakangan merupakan perusahaan investasi yang dimiliki oleh Grup Sinar Mas itu melakukan penawaran pada 1 Juli kemarin. Dari catatan yang dihimpun, proses akuisisi sudah sampai tahap final karena saat ini ACE sudah mendapatkan sekitar 68,2 persen dukungan dari pemegang saham ARMS, perusahaan yang tercatat di bursa London.

Bahkan, pemegang saham lama ARMS, termasuk bankir Inggris bernama Nathaniel Rothschild pun dikabarkan sempat mengajukan penawaran suntikan ekuitas untuk BRAU melalui kendaraan investasinya yakni NR Holdings. Berbekal putusan tadi, manajemen Berau pun mengklaim mampu melunasi kewajibannya.

Meski demikian, Moodys tetap berkeras dan menilai Berau akan sulit memenuhi kewajibannya lantaran manajemen masih menghadapi klaim dari pemberi pinjaman potensial di Indonesia. Adapun rating Berau akan diperbaharui dengan catatan perusahaan dapat mengatasi gagal bayarnya dengan penukaran surat utang, yang tertera rinci dalam draft perjanjian pendukung restrukturisasi.

"Ketika sudah terlaksana, penawaran restrukturisasi obligasi 2015 dan 2017 baru akan positif karena mampu menurunkan pembayaran kupon secara tunai dan akan meningkatkan profil keuangan perusahaan secara signifikan lantaran tenggat waktunya dimundurkan hingga 2019," ujar Grieser.

Sayangnya, saat dimintai konfirmasi mengenai pemberian rating ini pihak Berau menolak memberikan komentar lebih lanjut karena masih melakukan konsolidasi internal. Corporate Communiation BRAU Singgih Widagdo mengatakan hal itu sendiri masuk ke ranah internal dan bagian dari pihak legal. Sementara itu Head Legal and Corporate Secretary Ari Ahmad tidak merespon permintaan konfirmasi.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER