-- Enam menteri baru resmi dilantik oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (12/8). Empat diantaranya adalah menteri-menteri yang membidangi ekonomi.
Tiga di antaranya merupakan tokoh lawas, yang pernah mengabdi pada kabinet-kabinet sebelumnya. Adalah Darmin Nasution, Sofyan Djalil, dan Rizal Ramlie. Figur yang satunya merupakan tokoh baru di lingkungan birokrat, yakni Thomas Trikasih Lembong.
Darmin Nasution dipercaya Jokowi menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menggantikan Sofyan Djalil yang digeser menjadi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas.
Sementara Rizal Ramli ditunjuk menggantikan Indroyono Soesilo sebagai Menteri Koordinator Bidang Maritim. Lalu yang terakhir Thomas Trikasih Lembong didaulat menggantikan Rachmat Gobel sebagai Menteri Perdagangan.
Sepak terjang Darmin Nasution di dunia ekonomi sudah tidak diragukan lagi. Pria kelahiran Tapanuli, Sumatera Utara, 21 Desember 1948 itu sudah cukup makan asam garam dalam meracik sekaligus mengeksekusi kebijakan fiskal maupun moneter.
Di bidang fiskal, Darmin pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Pajak selama periode 2006-2009, menggantikan Hadi Purnomo. Berbekal kebijakan sunset policy, Darmin sukses mendongkrak penerimaan pajak tumbuh 30 persen pada 2008. Penyuka rokok dan kopi ini juga berperan penting dalam membantu bekas muridnya, Sri Mulyani Indrawati, menegakkan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Keuangan, terutama di Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Setahun sebelumnya, Darmin memegang pucuk pimpinan otoritas pasar modal-ketika masih bernama Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).
Karirnya pun melesat, ketika pada 2009 terpilih sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI). Jabatan itu diembannya ketika kondisi ekonomi masih limbung selepas diguncang krisis moneter global. Setahun kemudian dia tunjuk menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur BI sepeninggal Boediono menjadi Wakil Presiden.
Tiga tahun berselang, setelah kondisi ekonomi tenang, Darmin meninggalkan kursi kekuasaan otoritas moneter di jalan MH Thamrin dan aktif sebagai Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI).
Kini kondisi ekonomi kembali tak bersahabat. Darmin kembali diminta turun tangan untuk mengendalikan keadaan. Hari ini, Rabu (12/8), Darmin Nasution dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, menggantikan Sofyan Djalil yang digeser sebagai Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Sofyan Djalil terpaksa berkemas karena harus pindah kantor, dari Lapangan Banteng ke Taman Suropati, Jakarta Pusat. Belum genap setahun menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan digeser menjadi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas oleh Presiden Jokowi ketika gerak roda ekonomi Indonesia tengah melambat.
Lelaki kelahiran Aceh, 23 September 1953 ini termasuk tokoh lawas di pemerintahan. Dia tercatat pernah menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika (2004-2007) dan Menteri BUMMN (2007-2009), ketika Jusuf Kalla masih berduet dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memimpin negara.
Sebelum maupun sesudah menjadi birokrat, Sofyan sangat dekat dengan aktivitas BUMN. Dia tercatat pernah menjadi konsultan dan masuk dalam jajaran komisaris sejumlah perusahaan pelat merah, seperti di PT Kimia Farma, PT Pupuk Iskandar Muda, PT Perusahaan Listrik Negara, dan PT Pelabuhan Indonesia III.
Sarjana Hukum lulusan Universitas Indonesia pada 1984 ini sempat melanjutkan pendidikan di bidang kebijakan publik pada Master of Arts (M.A.), The Graduate School of Arts and Sciences, Tufts University, Amerika Serikat.
Pada 1993, Sofyan meraih gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) dari kampus yang sama dengan mengambil bidang studi hukum dan kebijakan ekonomi internasional dan pasar modal. Tidak banyak latar belakang yang bisa ditemukan dari Menteri Perdagangan pengganti Rahmat Gobel,Thomas Trikasih Lembong.
Pria yang kerap disapa Tom ini mendapat gelar AB (Bachelor of Arts) dari Harvard University pada 1994.
Tom sampai saat ini menjabat sebagai CEO dan Managing Partner dari perusahaan ekuitas swasta terkemuka Quvat Capital, yang ia dirikan dan sempat bekerjasama dengan Deutsche Bank, Morgan Stanley dan Farindo Investments membentuk joint venture yang berfokus di Indonesia, Farallon Capital.
Lembong tercatat juga pernah menjabat sebagai Kepala Divisi Asset Management Investment di BPPN. Sebagai bankir, ia juga pernah bergabung di Deutsche Bank dan Morgan Stanley.
Dikutip dari laman Bank Permata, Quvat memiliki modal US$ 500 juta hasil patungan 11 perusahaan portofolio di berbagai sektor termasuk logistik kelautan, konsumen, dan keuangan.
Pada 2008, Tom diangkat menjadi Young Global Leader (YGL) oleh World Economic Forum di Davos. Rizal Ramli merupakan ekonom sekaligus politisi vokal, yang pernah menjabat singkat sebagai Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Keuangan di era pemerintahan Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Soekarno Putri. Sebelum itu, dia menjabat sebagai Kepala Bulog selama 15 bulan.
Di bawah bendera organisasi Komite Bangkit Indonesia (KBI) yang diketuainya, Rizal kerap mengkritisi kebijakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Kritik kebijakan juga merupakan kegiatan rutinnya di era Orde Baru.
Pria kelahiran Padang, Sumatera Barat, 10 Desember 1954 ini tercatat juga pernah mendirikan lembaga think-tank ECONIT Advisory Group bersama rekan politiknya dari partai banteng, Laksamana Sukardi.
ECONIT sendiri saat ini dipimpin oleh ekonom Hendri Saparini, yang belum lama ini ditunjuk sebagai Komisaris Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Sempat berkuliah di jurusan Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1978 dan mendapatkan gelar Doktor ekonomi dari Boston University pada 1990.
Kritikus kebijakan ini sekarang masuk dalam kabinet bentukan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai Menteri Koordinator Bidang Maritim. Rizal menggantikan Indroyono Soesilo yang sukses bersama Susi Pudjiastuti melakukan reformasi kebijakan di sektor kelautan dan perikanan.