China Sesumbar Hasilkan Laba Kereta Cepat pada Tahun Keenam

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Kamis, 13 Agu 2015 18:46 WIB
Pemerintah China semakin optimistis bisa memenangkan tender kereta cepat (High Speed Railways) Jakarta - Bandung.
Ilustrasi kereta api cepat. (Getty Images/Sergiy Serdyuk)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah China semakin optimistis bisa memenangkan tender kereta cepat (High Speed Railways) Jakarta - Bandung setelah berjanji bisa menghasilkan laba dalam jangka waktu enam tahun operasi saja.

Duta Besar Republik Rakyat China untuk Indonesia, Xie Feng mengatakan bahwa dengan estimasi penumpang per hari mencapai 44 ribu penumpang dan tarif sebesar Rp 200 ribu per sekali jalan, maka pendapatan kereta cepat diharapkan bisa memperoleh Rp 3,2 triliun per tahunnya. Sebagai informasi, tarif seharga Rp 200 ribu tersebut merupakan angka keluaran studi kelayakan yang dilakukan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada tahun lalu.

"Pembangunan kereta cepat Jakarta - Bandung ini sama dengan pembangunan kereta cepat Beijing - Tianjing yang juga berjarak 120 kilometer dan dibangun dalam jangka waktu 6 tahun," ujarnya di Jakarta, Kamis (13/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan kata lain, jika asumsi mereka tepat, maka beban tahunan mereka akan di bawah angka Rp 3,2 triliun pada tahun keenam operasi. Dalam kata lain, akumulasi penerimaan selama enam tahun adalah Rp 19,2 triliun.

Nyatanya, angka tersebut baru bisa menutup 26,85 persen dari investasi kereta cepat China yang senilai US$ 5,5 miliar (Rp 71,5 triliun). Selain itu, tidak dijelaskan pula berapa besaran beban yang harus ditanggung perusahaan per tahunnya. Kendati demikian, China optimistis bisa mendulang laba di tahun ke-6 operasi karena yakin penumpang akan meningkat dan juga skema investasi yang ditawarkannya.

"Nilai investasi kita memang senilai US$ 5,5 miliar, namun modal hanya berkontribusi 25 persen dari itu. Setidaknya dalam enam tahun bisa menutup modal yang kami tempatkan, nanti sisa 75 persennya akan kami dapatkan dari pinjaman, sehingga kami masih ada kewajiban untuk mencicil pinjaman tersebut," kata He Huawu, Chief Engineer China Railways Corporation (CRC) di lokasi yang sama.

Dengan kata lain, uang sebanyak US$ 1,9 miliar (Rp 24,7 triliun) untuk proyek kereta cepat ini akan disumbang oleh joint venture perusahaan China dan juga delapan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT PP, PT Wijaya Karya, PT Len Industry, PT Kereta Api Indonesia, PT Inka, PT Perkebunan Nasional VIII, PT Jasa Marga, dan PT Adhi Karya. Sedangkan sisa Rp 46,8 triliun, akan dihasilkan dari pinjaman asal China yang memiliki tenor 40 tahun dengan bunga 2 persen per tahun.

Lebih lanjut, rencananya China akan memiliki 40 persen dari joint venture sedangkan perusahaan Indonesia akan memiliki porsi 60 persen dari kerjasama tersebut. Bahkan, rencananya nama perusahaan tersebut akan menggunakan nama Indonesia dan juga lebih mengutamakan peran perusahaan Indonesia dibanding China.

"Peran BUMN Indonesia nantinya tentu adalah melakukan konstruksi dan menjadi pemain utama di dalam proyek ini. Nilai investasi sebesar US$ 5,5 miliar itu sudah termasuk pembebasan lahan, pembelian unit kereta cepat, tahap persiapan, dan juga pengembangan proyek ke depannya. Bisa dibilang, tawaran kami merupakan tawaran terbaik," ujar He.

Dengan adanya tawaran laba dan juga skema investasi ini, China yakin bisa memenangkan tender proyek kereta cepat yang hasilnya dijadwalkan keluar dua pekan mendatang. Bahkan, tawaran China ini dikatakan Feng lebih kompetitif dibanding tawaran Jepang.

"Saya belum lihat proposal yang ditawarkan Jepang, tapi kami sudah pastikan ongkos per kilometernya lebih murah dari mereka. Kami yakin tak akan gagal dapatkan proyek itu," jelasnya tanpa mau memberi detil angka yang dimaksud.

Rencananya, kereta cepat tawaran China akan melaju dengan kecepatan 350 km per jam dengan waktu tempuh 36 menit. Dengan panjang mencapai 150 km, pembangunan ini diharapkan bisa dimulai pada September 2015 dan bisa beroperasi pada tahun 2019 serta mampu menyerap 40 ribu tenaga kerja selama masa konstruksi per tahunnya. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER