Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) meminta otoritas moneter untuk menjaga tingkat suku bunga deposito. JK menilai suku bunga deposito yang terlalu tinggi bakal membuat masyarakat tidak terlalu tertarik untuk menanamkan dana di pasar saham.
Hal tersebut diungkapkan JK saat meresmikan kampanye pasar modal dengan tema "Yuk Nabung Saham" demi peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Apalagi, lanjutnya, pemahaman pasar modal di Indonesia dinilai masih minim.
"Masyarakat ingin '
comfortable' dengan pendapatan yang tinggi. Selama suku bunga deposito bank tinggi maka investasi saham menjadi kurang menarik, maka itu dibutuhkan kebijakan yang seimbang dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI),” ujar JK di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (12/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pusat Informasi Pasar Uang (PIPU) BI, per 11 November 2015 menyebutkan besaran suku bunga deposito bank secara keseluruhan berada di level 7,14 persen dalam jangka waktu setahun.
JK menambahkan bahwa pasar modal bukan hanya mengumpulkan dana dari masyarakat, namun juga menciptakan kepemilikan bersama dan keadilan di masyarakat, dengan demikian pemahaman masyarakat mengenai pasar modal harus terus ditingkatkan.
"Kepemilikan saham investor asing sebesar 65 persen, artinya perusahaan Indonesia sebagian besar dimiliki asing. Itu sah-sah saja, tetapi niat pemerataan kepada seluruh masyarakat tentu tidak tercapai, itu menjadi masalah," katanya.
Secara umum, Mantan Ketua Umum Partai Golkar menilai segala upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat pada akhirnya bakal memacu pertumbuhan ekonomi negara. Pasalnya, ia menilai meningkatnya investasi bakal memiliki efek domino.
“Dari semua itu, hanya satu cara yang dapat dilakukan yakni dengan investasi, karena investasi dapat meningkatkan nilai tambah, produktivitas, dan lapangan pekerjaan," jelasnya
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengharapkan bahwa kampanye pasar modal "Yuk Nabung Saham" dapat meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pasar modal. Hal itu, lanjutnya, pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Melalui kampanye itu, juga dapat meningkatkan inklusi di pasar modal sehingga peran pasar modal membangun ekonomi bangsa dapat ditingkatkan," katanya.
Data di OJK sampai 2013 menunjukkan tingkat pemahaman (literasi) masyarakat Indonesia terhadap pasar modal dan tingkat utilitas produk pasar modal masih sangat rendah dan yang terkecil dibandingkan dengan 5 industri jasa keuangan lainnya di Indonesia.
Sementara, aktivitas investor di pasar modal pun masih relatif rendah. Per September 2015, jumlah investor aktif di Indonesia per tahun hanya sebesar 30 persen atau 125 ribu SID (
single investor identification) dari total jumlah investor pasar modal di Indonesia.
(gen)