Denpasar, CNN Indonesia --
Pendapatan maskapai di Asia Pasifik rata-rata turun sekitar 2,1 persen hingga September 2015, meskipun jumlah penumpangnya menembus 206,1 juta atau tumbuh 8,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Arif Wibowo, Direktur Utama PT Garuda Indonesia menjelaskan pada September 2015 sendiri seluruh maskapai Asia PAsifik telah mengangkut lebih dari 22 juta penumpang internasional atau meningkat 6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sementara di sisi pendapatan maskapai per penumpang, rata-rata perolehannya meningkat 7,4 persen atau mencerminkan peningkatan permintaan penerbangan baik untuk rute jarak pendek mapun panjang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Meskipun kapasitas kursi yang tersedia juga meningkat sebesar 6,2 persen, tetapi rata-rata tingkat isian (load factor) penumpang internasional 0,8 poin persentase lebih tinggi dari total 77,2 persen pada bulan tersebut," ujar Arif ketika membuka pertemuan tahunan Asosiasi Maskapai Asia PAsifik (AAPA) ke-59 di Nusa Dua, Bali, Jumat (13/11). Secara keseluruhan, Arif melaporkan, jumlah total penumpang pesawat udara di Asia Pasifik dalam sembilan bulan pertama 2015 mencapai 206,1 juta atau tumbuh 8,3 persen. Kendati demikian, lanjutnya, dari sisi operasional setiap maskapai di kawasan Asia Pasifik dihadapkan pada kondisi yang menantang di tengah perlambatan ekonomi negara berkembang dan volatilitas nilai tukar.
"Namun, permintaan yang terus tumbuh dan harga minyak yang lebih rendah menjadi faktor positif dan membantu untuk memastikan tarif angkutan udara tetap terjangkau," tuturnya.
Menyusul peningkatan angka penerbangan, Arif menyebut, pertumbuhan pendapatan maskapai di Asia Pasifik secara keseluruhan tercatat minus 2,1 persen dari US$ 84,4 miliar ke angka US$ 82,72 miliar.
Sementara dari sisi frekuensi penerbangan, rata-ratanya naik 1,4 persen dan kapasitas keterisian kursi meningkat sekitar 6,3 persen.
"Yield (imbal hasil) per penumpang itu dari 9,9 sen (US$) menjadi 8,9 sen (US$), jadi turun 10,3 persen karena faktor depresiasi semua mata uang di Asia PAsifik terhadap dolar AS," jelas Arif. Bahas Isu Keamanan
Seperti diketahui, saat ini terdapat 16 maskapai di Asia PAsifik yang menjadi anggota AAPA termasuk Gadura Indonesia. Dalam pertemuan AAPA ke-59 tahun ini, Garuda Indonesia dikabarkan menjadi tuan rumah. Andrew Herdman, Direktur Jenderal AAPA mengatakan kawasan Asia Asifik saat ini sudah menjadi pemimpin industri penerbangan global, dalam hal jumlah penumpang dan volume lalu lintas barang.
Di mana setiap tahunnya, kata Herdman, 3,3 miliar orang dari berbagai penjuru dunia berwisata menggunakan transportasi udara pesawat udara, di mana sepertiganya diangkut oleh Asia. "10 rute penerbangan internasional tersibuk di dunia adalah di kawasan Asia PAsifik. Ini tentu menggembirakan dalam hal peluang yang mereka bawa, tetapi juga menjadi tantangan tersendiri," ujar Herdman. Dia menyebut keamanan menjadi isu utama yang paling mengemuka. Menurutnya, meskipun tingkat kecelakaan peswat di Asia Pasific berkurang signifikan selama satu dekade terakhir, tetapi dengan meningkatnya permintaan perjalanan udara, maskapai tidak boleh langsung puas. Herdman menambahkan mengingkatnya aktivitas travel di Asia Pasifik juga berdampak pada investasi yang besar di infrastruktur dan pengelolaan bandara.