Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) meminta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberikan solusi terbaik atas negosiasi harga panas bumi yang tengah dilakukan perseroan dengan PT PLN (Persero) untuk wilayah kerja Kamojang dan Lahendong. Manajemen menilai, salah satu prasyarat penting untuk kelanjutan investasi panas bumi adalah keekonomian proyek yang ditentukan oleh tinggi atau rendahnya harga jual tersebut.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan perusahaannya selalu berkomitmen mendukung pemerintah dalam penyediaan listrik yang efisien dan ramah lingkungan melalui investasi pembangkit listrik panas bumi (PLTP). Indonesia menurutnya memiliki sumber daya panas bumi tidak kurang dari 29 ribu MW, namun sejauh ini baru sekitar 1.400 MW yang sudah termanfaatkan.
“Namun, harus diakui masih ada beberapa hambatan terkait harga yang diharapkan dapat ditemukan solusinya sesegera mungkin seperti di Kamojang maupun Lahendong,” kata Wianda, Kamis (17/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal menurut Wianda, dua wilayah kerja panas bumi tersebut telah memberikan kontribusi besar bagi penyediaan pasokan listrik di daerah sekitarnya. Sementara dari sisi keekonomian proyek, Pertamina perlu memperoleh kesepakatan harga yang baik dan wajar serta memberikan keuntungan.
“Kami yakin dengan komitmen tinggi semua pihak, keberlanjutan operasi dan investasi panas bumi untuk mengejar target bauran energi nasional dapat dicapai,” ungkap Wianda.
Target PertaminaMasih minimnya pemanfaatan panas bumi harus menjadi fokus para pemangku kepentingan. Apalagi pemerintah menargetkan bauran energi nasional sebesar 25 persen dari energi baru terbarukan dan penurunan emisi 29 persen sebagaimana kesepakatan COP 21 di Paris. Hal tersebut menjadikan panas bumi sebagai potensi energi alternatif yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan.
Menurut Wianda, dukungan dari para pemangku kepentingan terkait sangat diperlukan untuk memastikan investasi panas bumi berjalan dengan baik. Pertamina menurutnya bertekad menjadi yang terdepan dalam pengembangan panas bumi di Indonesia.
Wianda mencatat saat ini Pertamina telah menggarap sekitar 11 proyek panas bumi di tujuh wilayah kerja terpisah dengan investasi sekitar US$ 2,5 miliar hingga 2019.
“Dengan tambahan kapasitas sebesar 470 MW, total kapasitas pembangkit listrik dan uap Pertamina pada 2019 setara dengan 907 MW. Bahkan, kami menargetkan kapasitas tersebut terus meningkat menjadi sekitar 2.200 MW pada 2025,” jelasnya.