Fasilitas Regasifikasi LNG Darat Lebih Mudah Diawasi

Aghnia Adzkia | CNN Indonesia
Sabtu, 02 Jan 2016 13:25 WIB
Pembangunan FLNG Blok Masela juga disebut berpotensi memacu gesekan dengan Pemerintah Australia yang tidak menganut Zona Ekonomi Eksklusif.
Pembangunan FLNG Blok Masela juga disebut berpotensi memacu gesekan dengan Pemerintah Australia yang tidak menganut Zona Ekonomi Eksklusif. (Wikipedia/Prillen).
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Staf Ahli Bidang Tata Ruang dan Kemaritiman Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bemby Uripto menilai fasilitas regasifikasi LNG Blok Masela jika dibangun di darat atau land bases LNG lebih mudah diawasi. Sebaliknya, pembangunan kilang minyak di laut atau floating LNG akan menimbulkan masalah pengawasan dan pengamanan.

"Kalau di laut, argometer di darat sama laut itu lebih mudah di darat. Hari ini kita bisa tahu berapa yang keluar, berapa yang diekspor itu lebih mudah mengawasinya di darat," kata Bemby dalam diskusi bertajuk Gaduh Blok Masela di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (2/1).

Pengawasan di darat, menurutnya, juga dapat melibatkan berbagai pihak tak hanya TNI. Namun jika di bangun di lepas pantai, maka akan sulit menjangkau langsung lantaran terpisah lautan. Alternatif pengawasan pun yang memungkinkan menurutnya hanya bisa dilakukan dari kepulauan terdekat dari posisi fasilitas tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Alternatifnya adalah dihubungkan ke pulau-pulau terdekat yang jaraknya 90 kilometer (km) tapi terkendala palung dan itu teknis. Ada tiga atau empat negara di Timur Tengah yang melakukan itu dan kita bisa jadikan contoh," katanya.

Dari pertimbangan tersebut, Bemby menegaskan efisensi pengawasan dan keamanan akan lebih mudah jika pembangunan fasilitas senilai US$15 miliar sampai US$19,3 miliar itu dibangun di darat.

Perbatasan Australia

Selanjutnya, ia juga mempermasalahkan hukum laut di Australia dan Indonesia mengingat posisi Kepulauan Aru berbatasan dengan Negeri Kanguru. Australia tak menganut Zona Ekonomi Eksklusif sepanjang 200 mil dari garis pantai namun Indonesia menganut dan mengklaim Aru masih dalam jangkauan tersebut.

"Kalau terapung, ini jadi masalah, lebih kuat mana dibanding ada di landas kontingen? Kalau di darat ini terlihat sah milik kita. Kalau terapung di laut, ini tidak bisa terkoneksi langsung dengan pulau terluar," ucapnya.

Pembangunan fasilitas regasifikasi LNG Blok Masela sampai saat ini masih menuai kontroversi. Selain dari sektor keamanan, kegaduhan muncul lantaran besarnya biaya yang diserap untuk membangun proyek ini.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menyebut nilai investasi untuk Floating LNG sekitar US$19,3 miliar sementara untuk Land Base LNG hanya sebesar US$14,8 miliar. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER