Sucorinvest Incar Transaksi Harian US$360 juta per Hari

CNN Indonesia
Kamis, 07 Jan 2016 11:15 WIB
Direktur Utama Sucorinvest Nicolaos Oentung menilai iklim investasi pasar modal Indonesia tahun ini lebih kondusif bagi para pelaku pasar.
Direktur Utama Sucorinvest Nicolaos Oentung menilai iklim investasi pasar modal Indonesia tahun ini lebih kondusif bagi para pelaku pasar. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan efek, PT Sucorinvest Central Gani mengincar pertumbuhan nilai transaksi harian hingga 20 persen menjadi US$360 juta per hari tahun ini dari rata-rata 2015 di angka US$300 juta per hari.

Direktur Utama Sucorinvest Nicolaos Oentung mengatakan perkembangan pasar modal membuat perseroan mengalami peningkatan nilai transaksi harian dari tahun ke tahun. Apalagi, saat ini ketertarikan investor terhadap Indonesia meningkat.

Trading value kami sepanjang 2001-2002 cuma US$50 juta per hari. Sekarang bisa sampai US$300 juta hingga US$500 juta. Interest ke Indonesia sangat tinggi sekarang. Ke depannya emiten bertambah dan fundamental ekonomi jauh lebih resilient, maka akan membaik,” ujarnya di Jakarta, Kamis (7/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, pelemahan pasar saham yang terjadi tahun lalu justru menjadi momentum peningkatan investasi tahun ini. Ia menambahkan, hingga saat ini pasar saham masih merupakan instrumen investasi dengan imbal hasil tertinggi.

“Tahun lalu ada koreksi, maka momentum untuk mulai berinvestasi itu sekarang. Memang kondisi masih kurang mendukung, tapi investasi di pasar saham masih memiliki gain tertinggi,” jelasnya.

Ia menjelaskan, pangsa pasar perseroan di bisnis perdagangan saham saat ini berada di level 0,7-0,8 persen. Nicolaos berharap, pangsa pasar tersebut bisa meningkat dari tahun ke tahun. Pasalnya, jumlah investor di Indonesia terbilang masih sedikit, sebanyak 432.963 orang saja.

“Rata-rata nilai transaksi perdagangan kami US$250 juta-US$300 juta per hari, maka kalau bisa improve. Kalau tumbuh 10-20 persen saya rasa masih sangat mungkin,” jelasnya.

Faktor Penggerak

Nicolaos menjelaskan, pada tahun lalu memang terdapat ekspektasi yang tinggi dan kejutan dari perlambatan ekonomi China ditambah penaikan suku bunga bank sentral Amerika (Fed rate) di akhir 2015.

“Nah, pasar saham sudah menerima banyak hal negatif di tahun sebelumnya. Maka kondisi investasi saat ini seharusnya lebih baik dari tahun lalu,” kataya.

Ia melanjutkan Fed rate memang memiliki kemungkinan untuk kembali naik. Namun, menurutnya hal itu tidak lagi menjadi kejutan dan sudah diekspektasi pasar. Sementara, ia menilai pelemahan bursa Asia beberapa waktu lalu hanya karena volatilitas.

“Pelemahan bursa China yang kemarin itu lebih karena volatilitas. Tapi risiko tahun ini tetap lebih rendah dari tahun lalu,” jelasnya.

Sementara dari dalam negeri, ia menilai eksekusi proyek pemerintah menjadi faktor utama penggerak pasar. Hal itu ditambah rencana penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang bisa jadi stimulus domestik.

“Selama ini kan BI biasa patok inflasi di level 4 plus minus 1 persen, dan BI masih butuh kestabilan rupiah. Saya lihat penurunan BI rate 25-50 basis poin baik bagi pasar,” jelasnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER