Bos BCA Pilih Daya Beli Nasabah Naik Dibanding BI Rate Turun

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Rabu, 13 Jan 2016 18:02 WIB
Suku bunga BI yang diturunkan menurut bos BCA Jahja Setiaatmadja tidak berarti jika permintaan kredit tidak ada akibat lemahnya daya beli.
Suku bunga BI yang diturunkan menurut bos BCA Jahja Setiaatmadja tidak berarti jika permintaan kredit tidak ada akibat lemahnya daya beli. (ANTARA FOTO/HO/Himawan)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Central Asia Tbk (BCA) meminta pemerintah dan Bank Indonesia (BI) fokus mendorong peningkatan daya beli masyarakat. Hal itu dinilai lebih penting dibandingkan menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI rate) dari level saat ini 7,5 persen.

“Kalau daya beli naik, permintaan barang-jasa bertambah. Mau berapapun suku bunga orang akan cari pinjaman untuk menambah modal kerja ataupun menambah investasi baru. Kalau bunganya saja turun tapi permintaan tidak ada, terus mau pinjam buat apa?” tutur Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja ketika ditemui di Menara BCA, Rabu (13/1).

Menurut Jahja, salah satu cara untuk mendorong daya beli adalah dengan mempercepat pelaksanaan proyek pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kalau misalnya proyek-proyek APBN dan APBD ini bisa digelontorkan lebih cepat dari tahun lalu, itu yang akan jauh lebih positif karena mendorong daya beli,” tutur Jahja.

Ia mengungkapkan, peningkatan daya beli sudah terlihat sejak kuartal IV tahun lalu. Kondisi itu diperkirakan akan terus berlanjut menyusul adanya perbaikan kondisi perekonomian tahun ini.

“Kuartal I dan II (2015) betul-betul agak lesu perekonomian. Baru akhir kuartal III dan masuk kuartal IV kelihatannya permintaan barang jasa cukup besar,” ujarnya.

25 Basis Poin

Meski tidak menjadikan penurunan BI rate sebagai prioritas, namun Jahja menilai bank sentral masih memiliki ruang untuk menurunkan paling tidak 25 basis poin (bsp) menjadi 7,25 persen. Pasalnya, inflasi sepanjang tahun lalu tergolong rendah di level 3,35 persen. Selain itu, likuiditas perbankan saat ini juga dalam kondisi lancar.

“Yang jadi ganjalan cuma satu karena yuan dalam beberapa waktu ini terdepresiasi sehingga rupiahnya ada sedikit lemah. Tapi sejauh ini kan (nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika) masih di bawah Rp 14 ribu,” ujar Jahja.

Sebagai informasi, otoritas moneter akan menetapkan BI rate Januari 2016 melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar hari ini hingga esok, Kamis (14/1). (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER