Jakarta, CNN Indonesia -- Pelan tapi pasti, upaya pemerintah mendorong perbankan menerapkan bunga single digit mulai terlihat. Hal ini tercermin dari pendapatan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) empat bank besar pelat merah yang melorot pada semester I 2016.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, salah satunya. Pada paruh pertama tahun ini, BNI membukukan NIM sebesar 6,6 persen atau turun 50 basis poin (bps) apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Achmad Baiquni, Direktur Utama BNI mengatakan, upaya untuk menurunkan bunga menjadi single digit memang harus ditebus dengan terus menyeret turun rasio NIM. Namun begitu, ia mengaku bersyukur, karena penyaluran kredit perseroan justru menunjukkan kualitas meningkat dalam menjalankan fungsi intermediasinya, terutama di tengah tren penurunan suku bunga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai informasi, kredit yang disalurkan BNI tercatat tumbuh 23,7 persen pada semester I 2016, yakni dari Rp288,72 triliun pada periode yang sama tahun lalu menjadi sebesar Rp357,22 triliun. Pencapaian ini patut diacungi jempol, mengingat industri bank umum tengah mengalami perlambatan pertumbuhan kredit, karena penurunan permintaan maupun kondisi makro dan global.
"Kami tetap dapat mendorong NIM berada di atas 6 persen hingga akhir tahun nanti. Kendati demikian, kami memprediksi, dengan aliran dana repatriasi, penurunan bunga menjadi single digit juga akan lebih cepat," ujarnya, Selasa (26/7).
Setali tiga uang, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk juga membukukan penurunan NIM pada semester I 2016. NIM bank yang fokus pada penyaluran kredit perumahan tersebut tergerus dari 4,73 persen pada paruh pertama tahun lalu menjadi hanya 4,65 persen.
"Penurunan NIM terjadi karena kami berupaya menurunkan bunga kredit menjadi single digit pada Oktober 2016 nanti. Namun, penurunan bunga kredit bisa saja lebih cepat jika pada 19 Agustus mendatang, Bank Indonesia (BI) mengubah suku bunga acuan BI rate yang saat ini sebesar 6,5 persen menjadi BI 7-Day Repo Rate 5,25 persen," tutur Maryono, Direktur Utama BTN.
BTN, lanjut dia, akan mendapatkan peluang emas apabila mampu menurunkan NIM. Dengan posisi NIM kurang dari 5 persen, berarti perseroan semakin dekat dengan kriteria penerima insentif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Asal tahu saja, OJK akan memberi insentif berupa kemudahan pembukaan jaringan kantor dan syarat modal lebih ringan jika bank mampu menekan NIM mereka di bawah 4,5 persen. Kemudahan dan keringanan yang ditawarkan OJK semakin besar bagi bank yang menekan NIM mereka lebih jauh dari 4,5 persen.
"Kalau memang memenuhi syarat dan menjadi kebutuhan, pastinya kami akan manfaatkan," terang Iman Noegroho Soeko, Direktur BTN, kepada CNNIndonesia.com.
Bank pelat merah nomor wahid PT Bank Mandiri (Persero) Tbk juga akan melancarkan strategi menurunkan NIM. Namun, Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama Bank Mandiri menuturkan, penurunan NIM akan dilakukan secara bertahap. Ia memprediksi, sampai akhir tahun nanti, NIM perseroan akan berada di level 5,9 persen atau turun 18 bps secara tahunan (year on year).
Penurunan NIM, sambung Tiko, sebagai upaya perseroan mematuhi instruksi pemerintah untuk menerapkan bunga kredit single digit. Dampak dari penurunan bunga kredit akan dibarengi juga dengan penurunan biaya dana. "Kami jaga NIM turun bertahap, melandai. Jadi, tidak akan drastis," imbuh dia.
Haru Koesmahargyo, Direktur PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk juga memastikan, NIM perseroan akan turun hingga akhir tahun nanti. Saat ini, posisi NIM perseroan masih bertengger pada level 8,2 persen. "NIM akan turun secara bertahap menjadi 8 persen di akhir tahun," pungkasnya.
(bir)