Antam Tawarkan Dua Proyek Serap Dana Repatriasi

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Senin, 01 Agu 2016 20:50 WIB
Dua proyek, yaitu fasilitas pemurnian lumpur anoda dan proses permurnian logam mulia, dan proyek stainless steel, yang dinilai sebagai investasi strategis.
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk menawarkan dua proyek hilirisasi mineral kepada Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk bisa memanfaatkan dana repatriasi sebagai dampak kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty). (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Aneka Tambang (Persero) Tbk menawarkan dua proyek hilirisasi mineral kepada Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk bisa memanfaatkan dana repatriasi sebagai dampak kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty).

Dimas W. Pramudhito, Direktur Keuangan Antam mengatakan, dua proyek yang dimaksud adalah fasilitas pemurnian lumpur anoda (anoda slime) dan proses permurnian logam mulia (precious metal refinery), dan proyek stainless steel. Kedua proyek itu diajukan karena dianggap sebagai investasi strategis yang mampu meningkatkan nilai jual produksi Antam.

"Kalau kita berbicara stainless steel, itu kan keberlanjutan dari produksi feronikel kami. Sedangkan, untuk menunjang produksi emas, kami akan mengerjakan anode slime dan precious metal refinery, di mana setiap 1 persen lumpur anoda mengandung emas. Tidak tertutup kemungkinan ada pendanaan (dari dana repatriasi) yang bisa di-channel dari situ," jelas Dimas ditemui di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (1/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, dari dua proyek tersebut, ia berharap pembangunan anoda slime dan precious metal refinery bisa menjadi pilihan karena nilai proyeknya sangat kecil, yaitu antara US$70 juta hingga US$140 juta. Apalagi, menurutnya, proyek yang bermitra dengan PT Smelting dan PT Freeport Indonesia itu menunjukkan kemajuan (progress) yang baik antar periodenya.

"Progress-nya bagus kok. Kami kan sudah tandatangan nota kesepahaman antara Antam dan kedua mitra lainnya. Saat ini, tentunya sedang dikaji bagaimana keekonomisannya, sehingga kami tidak tahu seberapa besar dana repatriasi itu bisa membiayai proyek ini," katanya.

Jika memang nantinya dana repatriasi itu bisa membiayai proyek-proyek perusahaan yang dimaksud, Dimas berharap, uang itu bisa disalurkan melalui instrumen obligasi mengingat Antam sudah berpengalaman dalam penerbitan surat utang berdenominasi Rupiah sebelumnya.

Namun, sampai saat ini, ia mengaku, tidak tahu apakah Antam termasuk ke dalam satu dari 25 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dijadwalkan menerima dana repatriasi yang akan disalurkan melalui surat utang.

"Kami tidak tahu apakah kami masuk daftar itu atau tidak, tapi kami sudah melakukan pendekatan sebelumnya. Maka dari itu, kami belum bisa masukkan ke business plan kami untuk tahun depan. Memang, tidak hanya kami yang ajukan, tapi semua BUMN yang punya proyek dan potensi bisa nerbitin obligasi, rencananya akan menawarkan itu," terang Dimas.

Karena masih belum ada kepastian, perusahaan mengatakan akan fokus menyelesaikan beberapa proyek hilirisasi yang pendanaanya sudah aman dan sebentar lagi selesai. "Dan kami masih pikirkan proyek-proyek yang sudah firm saja di tahun 2016, seperti proyek feronikel Halmahera Timur dan perluasan pabrik feronikel kami di Pomalaa, Sulawesi Tenggara," pungkasnya.

Sebagai informasi, proyek feronikel perusahaan di Halmahera Timur sudah dimulai sejak tahun ini setelah mendapatkan dana Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 3,5 triliun. Sementara itu proyek perluasan pabrik di Pomalaa memakan biaya US$600 juta dan kini kemajuan pembangunannya sudah mencapai 99,69 persen. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER