Kredit Bank BUKU 1 Rontok 35 Persen

Christine Novita Nababan | CNN Indonesia
Rabu, 28 Sep 2016 05:07 WIB
Kelompok bank papan bawah bermodal inti kurang dari Rp1 triliun ini merasakan perlambatan pertumbuhan bisnis sejak awal tahun.
Ilustrasi uang. (REUTERS/Garry Lotulung).
Jakarta, CNN Indonesia -- Tahun ini sepertinya bukan tahun keberuntungan bagi kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 1. Kinerjanya sejak awal tahun hingga Juli 2016 masih tercatat melempem. Kreditnya bahkan rontok sebanyak 35 persen, yakni dari Rp115,48 triliun pada Juli 2015 menjadi hanya Rp74,78 triliun pada periode yang sama tahun ini.

Padahal, Statistik Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan pertumbuhan masih diraih oleh kelompok bank BUKU lainnya. Kredit kelompok bank BUKU 2, misalnya, naik 5,2 persen. Disusul oleh bank BUKU 3 dan 4 yang meningkat masing-masing 4,8 persen, dan 14 persen.

Bank BUKU 1 merupakan kumpulan bank-bank dengan modal inti kurang dari Rp1 triliun. Bank papan bawah ini merasakan perlambatan pertumbuhan bisnis bank sejak awal tahun. Hal ini juga sebagai dampak dari perlambatan ekonomi makro.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak cuma kreditnya, penurunan juga terjadi dalam upaya bank-bank BUKU 1 menghimpun dana pihak ketiga (DPK). DPK bank BUKU 1 melorot 36 persen dari Rp150,03 triliun menjadi hanya Rp95,48 triliun pada Juli 2016 dibandingkan Juli 2015.

Mewakili kelompok bank Buku 1, Direktur Utama PT Bank Dinar Indonesia Tbk Hendra Lie mengakui, ekspansi kredit memang tidak sekencang tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan permintaan di pasar sedang lesu.

"Kalau dibilang berat, memang berat. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya lah. Tahun ini, bisnis sangat lambat. Persaingan dengan bank BUKU 3 dan 4 juga memengaruhi, mereka berani kasih kredit lebih tebal. Sementara, kami kan mainnya di segmen usaha kecil dan menengah," ujarnya, kepada CNNIndonesia.com, Selasa (27/9).

Dari sisi perolehan DPK, lanjut dia, kelompok bank BUKU 1 dan 2 terancam dengan kebijakan pemerintah yang mengarahkan bunga single digit. Persoalannya, dana-dana yang dikantongi bank BUKU 1 kebanyakan adalah dana mahal. Situasinya terbalik dengan DPK yang dihimpun oleh bank BUKU 4 yang kebanyakan justru dipadati dana murah.

Kendati demikian, Hendra mengaku bersyukur, kinerja Bank Dinar masih menggembirakan. Kredit perseroan tercatat tumbuh 9,62 persen pada Juli 2016 dibandingkan Juli tahun lalu. Bahkan, DPK-nya pun melesat 25 persen. "Kami optimistis, kredit dan DPK di akhir tahun tumbuh 17,5-18 persen sesuai rencana bisnis bank (RBB)," terang dia.

Laba Keok

Bank BUKU 1 tidak cuma mencatat penurunan kredit dan DPK, tetapi juga laba. Perolehan laba bersih bank BUKU 1 melorot 37 persen, yakni dari Rp1,23 triliun per Juni 2015 lalu menjadi hanya Rp773 miliar pada periode yang sama tahun ini.

Bahkan, Bank Dinar yang berhasil membukukan pertumbuhan positif pada kredit dan DPK harus puas dengan kenaikan laba di kisaran tiga persen. "Kami kalah saing dengan arah kebijakan bunga rendah," imbuh Hendra. (bir/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER