Jakarta, CNN Indonesia -- Likuiditas perbankan diperkirakan mengetat jelang akhir tahun, seiring dengan meningkatnya permintaan kredit segmen korporasi untuk modal kerja dan investasi tahun 2017. Kondisi ini memicu perbankan untuk lebih berhati-hati dalam mengelola likuiditasnya dan mendapatkan dana-dana murah.
"Saat ini, likuiditas memang sedang pas. Tetapi, nanti akhir tahun rasanya akan ketat. Oleh karenanya, kami mau minta pelonggaran ke Bank Indonesia (BI)," ujar Kartika Wirjoatmodjo atau akrab disapa Tiko, Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Selasa (27/9).
Menurut Tiko, kondisi likuiditas yang baik sekarang ini lantaran masih lemahnya permintaan kredit hingga semester pertama. Bahkan, sampai Juli 2016, pertumbuhan kredit perbankan tercatat cuma single digit. Yakni, naik 7,57 persen menjadi Rp4.161 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian, ia khawatir, kondisinya akan berbalik apabila pada akhir tahun nanti bank-bank mulai menerbitkan surat utang demi memenuhi rasio likuiditas (loan to deposit ratio/LDR) bersamaan dengan upaya pemerintah menerbitkan surat berharga untuk menutupi defisit anggaran.
Berdasarkan Statistik Perbankan Otoritas Jasa Keungan (OJK), hingga Juli 2016, rasio LDR bank umum tercatat sebesar 90,18 persen atau meningkat 168 bps dari periode yang sama tahun lalu.
Karenanya, Tiko berharap, bank sentral dapat melonggarkan kembali aturan Giro Wajib Minimum (GWM) dari posisi saat ini sebesar 6,5 persen menjadi 5 persen. Pelonggaran kebijakan moneter tersebut dipercaya mampu mengurangi tekanan terhadap likuiditas.
Pasalnya, likuiditas yang longgar dinilai mampu menggenjot pertumbuhan penyaluran kredit hingga 12 persen tahun ini. Tidak cuma itu, Tiko juga berharap, bank sentral memudahkan masuknya instrumen dana-dana jangka panjang agar bisa dicatat dan dimasukkan sebagai komponen pemenuhan ketentuan rasio pendanaan terhadap pembiayaan (loan to funding ratio/LFR).
"Tapi yang jelas kita usulkan GWM untuk lebih longgar lagi," terang dia.
Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Haru Koesmahargyo mengatakan, perseroan juga harus menjaga rasio likuiditas yang mayoritas ditopang oleh dana-dana jangka pendek. Makanya, perseroan berencana menerbitkan sejumlah surat berharga jangka pendek untuk menjaga likuiditas perseroan.
Meski enggan merinci, Haru menuturkan, BRI berencana menerbitkan instrumen jenis Medium Term Notes (MTN) hingga obligasi dengan tenor jangka panjang. Beberapa waktu terakhir, bank yang memiliki satelit itu baru saja meluncurkan MTN senilai Rp1,9 triliun.
"Kami masih punya jatah untuk terbitkan MTN hingga Rp5 triliun tahun ini," pungkasnya.
(bir)