Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas) menyiapkan sekitar Rp3 triliun untuk membangun 30 ribu unit rumah di tahun ini yang ditujukan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Direktur Korporasi dan Pengembangan Bisnis Perumnas Galih Prahananto mengatakan, perusahaan akan memenuhi kebutuhan biaya membangun rumah tersebut dari kas perusahaan atau ekuitas. Namun, sebagai cadangan perusahaan juga memiliki potensi pinjaman dari perbankan.
"Dengan ekuitas sudah ada sekitar Rp3 triliun. Kita masih punya pinjaman juga sehingga cukup lah," ujar Galih di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rabu (25/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun begitu Galih memastikan, Perumnas menutup pintu penerbitan surat utang di tahun ini. Pasalnya, perusahaan ingin kebutuhan dana darurat dipenuhi melalui pinjaman perbankan saja.
Adapun kebutuhan pendanaan sebesar Rp3 triliun, didapat Perumnas dari perhitungan harga rata-rata untuk membangun rumah sebesar Rp100 juta per unit.
Sedangkan untuk penjualan rumah, Perumnas memasang target penjualan mulai Rp130 juta sampai maksimal Rp300 juta per unit.
Kemudian, rumah akan dibangun dengan skema 2:1, yakni sebanyak 20 ribu unit berupa rumah vertikal dan 10 ribu unit lainnya berupa rumah tapak.
Adapun pertimbangan skema pembangunan rumah ini, lanjut Galih dikarenakan keterbatasan lahan di kawasan Ibukota DKI Jakarta sehingga beberapa titik lahan yang cocok akan dibangun dengan skema vertikal.
Sebelumnya, Perumnas juga menyebutkan akan bersinergi dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI perihal penggunaan lahan stasiun milik KAI untuk turut difungsikan sebagai lahan rumah vertikal berkonsep terintegrasi dan inklusif berbasis
Transit Oriented Development (TOD).
Kedua perusahaan pelat merah itu sepakat untuk melakukan merealisasikan proyek rumah vertikal di atas lahan Stasiun Tanjung Barat, Stasiun Pondok Cina, dan Stasiun Bogor dengan harga jual Rp6,5 juta sampai Rp15 juta per unit.
Sediakan FLPPDalam pemasaran rumah yang telah dibangun, Perumnas memastikan akan memberikan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk MBR. Namun, perusahaan membatasi porsi pemberian FLPP tersebut.
"FLPP kurang lebih 40 persen sampai 50 persen. Kalau rumah tapak FLPP sekitar Rp120 juta sampai Rp130 juta per unit, tergantung daerahnya," kata Galih.
Dengan pemberian FLPP ini, Perumnas berharap agar pemenuhan ketersediaan dan kemampuan MBR untuk memperoleh atap berteduh kian terbuka lebar.
Pasalnya, menurut catatan Perumnas, kebutuhan rumah MBR yang bermukim di Ibukota mencapai 1,7 juta unit. Sedangkan kebutuhan MBR di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 2,7 juta unit.
(gen)