Donald Trump Protektif, Sri Mulyani Atur Siasat di G20

CNN Indonesia
Rabu, 22 Mar 2017 16:53 WIB
Sri Mulyani menilai, definisi adil bagi Amerika Serikat adalah yang sesuai dengan kebutuhannya sendiri, yang tidak selalu sama dengan kebutuhan internasional.
Sri Mulyani menilai, definisi adil bagi Amerika Serikat adalah yang sesuai dengan kebutuhannya sendiri, yang tidak selalu sama dengan kebutuhan internasional. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai penguatan sumber perekonomian domestik merupakan jalan keluar untuk menyiasati ketidakpastian arah kebijakan perdagangan global.

Dalam pertemuan G20 di Baden-baden, Jerman pekan lalu, negara anggota tidak memperoleh kesepakatan soal arah kebijakan perdagangan global yang bisa mendukung momentum pemulihan ekonomi.

Beberapa penyebabnya di antaranya perubahan arah kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS) yang cenderung lebih protektif, dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Negara G20 tetap sepakat bahwa trade memang diperlukan. Namun Amerika Serikat menyampaikan bahwa trade yang diinginkan adalah trade yang fair," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers di Gedung Djuanda I, Kementerian Keuangan, Rabu (22/3).

"Definisi fair bagi Amerika Serikat adalah yang sesuai dengan kebutuhan AS sendiri, yang tidak selalu sama dengan kebutuhan internasional," tambahnya.

Sementara, negara-negara di Eropa, Asia, dan Latin Amerika menilai perdagangan internasional merupakan salah satu cara untuk mendukung pemulihan ekonomi global. Karenanya, G20 diharapkan memegang komitmen untuk tetap anti kebijakan proteksionisme.

"Kalau semua negara mulai melakukan proteksionisme bisa jadi akan ada perang dagang dan bahkan perang mata uang," ujarnya.

Padahal, pada pertemuan G20 di Hangzhou tahun lalu, negara anggota sepakat tidak akan melakukan tindakan yang menghambat munculnya kepercayaan diri global, termasuk diantaranya kebijakan proteksionisme. Hal itu sejalan dengan upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi global sebesar dua persen dalam tempo lima tahun.

Mengingat Indonesia merupakan perekonomian terbuka, kondisi ketidakpastian global bakal berdampak pada kinerja ekspor-impor domestik. Untuk itu, pemerintah harus bisa mengkompensasi dari sisi konsumsi masyarakat, investasi, dan belanja pemerintah.

Selain itu, pemerintah juga akan berupaya membuka pasar-pasar baru non AS mengingat masih belum optimal digarap.

"Kami harus melakukan dan memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara yang masih open. Bahkan, dengan AS pun kami akan tetap melihat opportunity yang ada saat ini," ujarnya.

Lebih lanjut, Sri Mulyani berharap, komitmen soal arah kebijakan perdagangan global yang lebih terbuka dari negara-negara G20 akan lebih positif dalam Pertemuan Tahunan Musim Semi (Spring Meeting) yang digagas Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional pada pertengahan tahun ini.

"Biasanya dalam Spring Meeting, ada satu sesi khusus pertemuan negara-negara anggota G20," jelasnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER