Jakarta, CNN Indonesia -- Belum juga genap satu bulan, produksi gas dari Lapangan Jangkrik di Blok Muara Bakau yang dikelola Eni Muara Bakau BV sudah mencapai 120-130 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Angka ini tercatat berkisar 26,7 persen-28,8 persen dari kapasitas produksi yang dipatok 450 MMSCFD.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, capaian ini sesuai dengan target. Toh, kapal pemrosesan terapung (Floating Processing Unit/FPU) baru berjalan hampir sebulan. Ini sekaligus membuktikan bahwa Indonesia mampu mengembangkan lapangan-lapangan migas baru.
"FPU Jangkrik ini sebenarnya adalah kapal yang digunakan untuk melakukan eksploitasi gas dan kondensatnya di lepas pantai, yang berada di laut dalam sekitar 450 meter. Target bulan Mei, tercapai tidak? Tercapai, mulai 26 Mei, FPU Jangkrik sudah onstream," ujarnya, melalui siaran pers, Senin (12/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diharapkan, produksi gas dari Lapangan Jangkrik bisa naik secara bertahap ke angka 450 MMSCFD. Selain itu, kapasitas produksi fasilitas pemrosesan gas Jangkrik juga bisa naik ke angka 600 MMSCFD apabila ditambah dengan tambahan gas dari Lapangan Merakes di Blok East Sepinggan yang sama-sama dikelola oleh Eni.
"Kalau bisa minimal 450 MMSCFD itu lumayan sekali. Produksi gas nasional sekarang 7.100 MMSCFD, mestinya menambah 7 persen bila kondensatnya sedikit," paparnya.
Pengembangan Lapangan Jangkrik dinilai cukup signifikan dalam mengganti produksi gas Blok Mahakam yang telah menurun. Adapun, produksi gas Mahakam sepanjang kuartal I 2017 sebanyak 1.552 MMSCFD atau melorot 12,88 persen dari tahun lalu sebesar 1.752 MMSCFD.
Kendati demikian, saat ini, Blok Mahakam masih tercatat sebagai produsen gas terbesar di Indonesia. Jonan berharap, Chevron mau menerima ajakan Eni menggunakan fasilitas produksi secara bersama demi pengembangan proyek lapangan gas laut dalam (Indonesia Deepwater Development/IDD) di Lapangan Gendalo dan Gehem yang berjarak dekat dengan FPU Jangkrik.
Adapun, jika produksi lapangan Jangkrik, Merakes, dan Gehem-Gendalo digabung, maka FPU Jangkrik mampu memproduksi gas sebesar 900 MMSCFD pada 2022 mendatang. Angka ini diharapkan mengambil porsi 13 persen dari produksi gas nasional.
"Jadi, Chevron tidak usah berinvestasi lagi yang besar, fasilitas yang sama bisa dipakai, supaya tidak ada duplikasi (lebih efisien) dan waktunya bisa lebih cepat," jelas mantan Menteri Perhubungan ini.
Rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) Lapangan Jangkrik disetujui pada 2011 silam, sementara Jangkrik North East disetujui dua tahun setelahnya. Persetujuan PoD Jangkrik North East mencantumkan bahwa ada integrasi pengembangan Lapangan Jangkrik dalam satu proyek tunggal yang dinamakan Proyek Komplek Jangkrik.
Lapangan Jangkrik dan North East Jangkrik merupakan bagian dari Wilayah Kerja Muara Bakau yang dioperatori anak usaha Eni, Eni Muara Bakau BV. Di dalam mengelola blok tersebut, Eni mendapatkan hak partisipasi sebanyak 55 persen.
Sementara itu, sisanya dipegang oleh Engie E&P, melalui anak usahanya GDF SUEZ Exploration Indonesia BV sebesar 33,3 persen dan PT Saka Energi Muara Bakau sebesar 11,7 persen.
Rencananya, sebagian besar produksi Lapangan Jangkrik akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik, di mana PT Pertamina (Persero) rencananya menyerap gas yang dialokasikan untuk domestik sebesar 1,4 juta ton, setelah melakukan Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) di 2015 lalu.