BNI Kaji Terbitkan Obligasi Global dalam Rupiah

CNN Indonesia
Rabu, 12 Jul 2017 19:34 WIB
Jika bisa dieksekusi, BNI akan jadi korporasi pertama di Indonesia yang menerbitkan instrumen tersebut.
Penerbitan obligasi global dalam mata uang lokal bukan hal baru di pasar keuangan global, khususnya, negara berkembang. Beberapa negara yang telah menerbitkan instrumen sejenis adalah Filipina, India, dan beberapa negara di latin Amerika. (REUTERS/Darren Whiteside)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) tengah mengkaji penerbitkan obligasi global (global bond) berdenominasi rupiah. Jika bisa dieksekusi, BNI akan jadi korporasi pertama di Indonesia yang menerbitkan instrumen tersebut.

"Kami belum selesai kajiannya. Karena ini produk baru, jadi harus disetujui oleh otoritas (Otoritas Jasa Keuangan/OJK)," tutur Direktur BNI Panji Irawan,Rabu (12/7).

Penerbitan obligasi tersebut menurut dia, dilakukan sebagai upaya diversifikasi instrumen pendanaan nonkonvensional perseroan. Berbeda dengan surat utang dengan denominasi dolar Amerika Serikat (AS), perseroan bisa mengurangi risiko nilai tukar (exchange rate) jika menerbitkan obligasi dalam rupiah. Tak hanya itu, permintaan rupiah juga bisa meningkat di pasar keuangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di luar negeri juga belum ada contohnya. Misalnya, di bursa London, kalau kami bisa menjadi penerbit obligasi yang pertama di situ, peraturan menunjang, dan infrastruktur yang ada juga mendukung, dan mendapatkan dukungan penuh dari stakeholder maka kami akan coba," ujarnya.

Selain mempertimbangkan penerbitan obligasi global, pendanaan nonkonvensional perseroan tahun ini juga akan dipenuhi dari penerbitan obligasi dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) obligasi. Pada kuartal IV 2017, perusahaan berencana menghabiskan baki PUB Obligasi I BNI Tahun 2017 yang tersisa Rp7 triliun. Selain itu, perusahaan juga berencana melakukan pinjaman bilateral senilai US$500 juta pada Semester II 2017.

Sebelumnya, perusahaan telah menerbitkan obligasi tahap pertama dari penerbitan PUB I Obligasi BNI Tahun 2017 sebesar Rp3 triliun. Selain itu, BNI juga telah menerbitkan sertifikat deposito (Negotiable Certificate of Deposit/NCD) sebesar Rp2,7 triliun.


Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas Silvano Rumantir mengungkapkan penerbitan obligasi global dalam mata uang lokal bukan hal baru di pasar keuangan global, khususnya, negara berkembang. Beberapa negara yang telah menerbitkan instrumen sejenis adalah Filipina, India, dan beberapa negara di latin Amerika.

Menurut Silvano, obligasi global dalam mata uang rupiah bisa menjadi salah satu alternatif instrumen investasi bagi investor luar negeri. Di Indonesia, minat investor asing pada obligasi dalam mata uang lokal sudah ada dan tercermin dari porsi kepemilikan asing pada obligasi negara meningkat setiap tahun. Terakhir, porsi kepemilikan asing ada di kisaran 38 persen.

Namun, risiko penerbitan obligasi oleh negara dengan obligasi yang diterbitkan oleh korporasi di mata investor tentu berbeda. Karenanya, instrumen ini perlu dikaji lebih dalam oleh berbagai pihak sebelum bisa dieksekusi oleh korporasi di Indonesia. Termasuk kesiapan dari sisi infrastruktur dan peraturan.

Meskipun secara format sama dengan penerbitan obligasi global dalam mata uang asing, dari sisi ketentuan, OJK belum menerbitkan aturan yang mengatur secara khusus.


Terkait risiko, bagi emiten, obligasi global dalam mata uang lokal memiliki risiko yang sama dengan penerbitan obligasi domestik dalam mata uang lokal. Namun, risiko nilai tukar kini ditanggung oleh investor.

"Masih banyak hal yang perlu di-explore dari instrumen ini sebelum bisa dieksekusi tetapi instrumen ini bisa menjadi salah satu potensi instrumen yang cocok untuk menjadi channel likuiditas dari offshore untuk masuk ke Indonesia, apalagi dengan kebutuhan (dana) yang besar untuk infrastruktur," ujar Silvano.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER