Jakarta, CNN Indonesia -- Dunia perbankan dibuat kelimpungan oleh gangguan satelit telekomunikasi milik PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, Telkom-1. Pasalnya, ribuan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) milik perbankan lokal lumpuh karena koneksi data melalui satelit terputus sejak Jumat (25/8) lalu.
Berdasarkan data Telkom, satelit Telkom-1 menerima sinyal dari 12.030 unit ATM. Artinya, jumlah itu setara dengan 11,6 persen dari total ATM yang beroperasi di Indonesia per Juli 2017, 103.953 unit.
Proses untuk memulihkan koneksi jaringan ATM yang terganggu memerlukan waktu. Terbukti, per Rabu (30/8), Telkom menyatakan baru mampu memulihkan koneksi 2.591 unit ATM saja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diperkirakan, seluruh koneksi ATM paling lambat pulih pada 10 September 2017. Pasalnya, pengalihan koneksi sendiri harus dilakukan secara langsung.
Dalam hal ini, teknisi harus datang langsung ke lokasi pemancar VSAT untuk mengarahkan ke satelit baru. Beberapa satelit baru yang disiapkan untuk menerima limpahan koneksi Telkom-1 adalah Telkom 2, Telkom 3S, APSTAR, maupun ChinaSat 10.
Ketua Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) Dani Indra mengungkapkan satelit berfungsi sebagai media transmisi data dari satu lokasi ke lokasi lain. Fungsi ini penting bagi perbankan mengingat sebuah bank harus mengirim dan menerima data dari dan ke kantor cabang maupun ATM yang berada hingga ke pelosok daerah.
"Jadi sebenarnya fungsi satelit itu tidak berbeda dengan kabel," tutur Dani saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Rabu (30/8).
Kelebihan transmisi data melalui satelit adalah jangkauan yang lebih luas dibandingkan kabel. Karenanya, transmisi data melalui satelit banyak digunakan di daerah-daerah terpencil di mana sulit dijangkau oleh jaringan kabel telekomunikasi.
"Kalau di Jakarta transmisi satelit jarang. Kalaupun ada, itu di daerah yang mungkin jaringan kabelnya perlu digali dulu," ujarnya.
Namun, transmisi data menggunakan satelit juga memiliki kelemahan. Misalnya, seperti yang terjadi pada baru-baru ini. Begitu ada gangguan pada satelit, sontak seluruh koneksi yang bergantung pada satelit terganggu.
Biasanya, lanjut Dani, kebanyakan bank akan menggunakan jasa penyedia terminal pemancar dan penerima transmisi satelit (VSAT) mengingat mahalnya harga beli dan operasional satelit telekomunikasi. Terminal tersebut akan dipasang di lokasi ATM yang ditentukan.
Konsekuensinya, bank akan menanggung beban sewa VSAT yang berkisar Rp1 juta per bulan per stasiun pemancar. Besar biaya sewa itu, salah satunya tergantung dari lokasi stasiun pemancar.
Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, setiap bulannya perusahaan menanggung biasa sewa satelit sebesar Rp2 juta per lokasi.
Saat ini, BCA mengoperasikan 17.210 unit ATM yang tersebar di 11.530 lokasi. Artinya, perusahaan harus merogoh kocek sekitar Rp23 miliar per bulan atau Rp276 miliar per tahun untuk biaya sewa koneksi satelit.
Saat terjadi gangguan Telkom-1, sebanyak 5.700 unit ATM perusahaan tidak bisa beroperasi. Demi menjaga kualitas pelayanan, perusahaan rela menanggung biaya tarik tunai nasabah yang dilakukan di mesin ATM bank lain yang rata-rata sebesar Rp7.500 per transaksi. Kebijakan ini berlaku mulai 26 Agustus hingga 8 September 2017.
"Sistem tetap membebankan biaya [tarik tunai] tetapi nanti secara sistem biaya yang sudah didebet akan dikredit kembali pada akhir bulan," tutur Jahja.
Dengan adanya kebijakan ini, Jahja memperkirakan total biaya transaksi yang ditanggung perusahaan mencapai Rp50 miliar hingga Rp70 miliar.
Di saat yang bersamaan, perusahaan berkoordinasi dengan Telkom untuk mengalihkan koneksi ATM yang terganggu ke satelit lain yaitu Telkom 3S dan APSTAR.
Berbeda dengan BCA yang lebih memilih untuk menyewa satelit, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) memilih untuk memiliki satelit sendiri, BRIsat. Demi satelit ini, perseroan harus merogoh kocek sekitar US$250 juta.
Direktur Operasional BRI Indra Utoyo mengungkapkan dengan memiliki satelit sendiri, perusahaan bisa lebih leluasa menjangkau lebih dari 20 ribu unit ATM dan kantor cabang di seluruh Indonesia, bahkan ke daerah terpencil. Kapasitas transmisi data juga lebih besar dibandingkan yang ditawarkan oleh penyedia VSAT, yaitu mencapai 2 megabyte.
"Dengan adanya BRIsat, kami jadi mempunyai kepastian untuk menjangkau jaringan hingga 15 tahun ke depan," ujar Indra.
Sayangnya, belum seluruh jaringan ATM perseroan dialihkan ke jaringan koneksi BRIsat. Imbasnya, sebanyak 321 unit ATM perseroan yang masih menumpang pada Telkom-1 sempat mengalami putus koneksi.
Untuk memulihkan koneksi itu, perusahaan segera mempercepat proses peralihan koneksi ke BRIsat sebagai jaringan utama dan jaringan cadangan (back-up).
Indra mengungkapkan, selain jaringan utama, perusahaan juga memiliki jaringan back-up berupa jaringan seluler fiber optik 3G maupun Multiprotocol Label Switching (MPLS). Dengan demikian, jika ada gangguan pada BRIsat, maka perusahaan bisa mengalihkan ke jaringan back-up.
"Meskipun kami punya BRIsat sebagai jaringan utama, jaringan back-up kami juga harus ada," ujar Indra.
Keberadaan jaringan back-up ini juga membuat PT Bank Mandiri (Persero) Tbk juga bisa dengan cepat memulihkan koneksi ATM yang terganggu.
Sebelumnya, sekitar 2 ribu ATM atau 13 persen dari 17.695 ATM bank berlogo pita emas ini mengalami gangguan sejak akhir pekan lalu.Namun awal pekan ini, jumlah ATM yang mengalami ganguan turun menjadi 3 persen dari total ATM.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas mengungkapkan, perusahaan mengandalkan lima jaringan untuk menjaga koneksi ATM yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan rincian, 2 jaringan satelit, 2 jaringan serat optik, dan 1 jaringan Global System for Mobile Communications (GSM).
"Jadi, kami hanya perlu switching dan sedikit set ulang," kata Rohan.
Gangguan pada satelit Telkom-1 pada akhirnya memberikan pelajaran bagi bisnis perbankan untuk menyiapkan jaringan cadangan di satu lokasi yang sama dengan jaringan utama.
Jika memiliki jaringan cadangan, maka bank bisa segera mengalihkan koneksi ATM ke jaringan back-up saat jaringan utama mengalami gangguan. Dengan demikian, nasabah tidak akan dirugikan karena adanya gangguan layanan.