ANALISIS

Saatnya Perbankan Belajar dari Insiden Satelit Telkom

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Jumat, 01 Sep 2017 17:15 WIB
Gangguan pada satelit Telkom-1 pada akhirnya memberikan pelajaran bagi bisnis perbankan untuk menyiapkan jaringan cadangan.
Gangguan pada satelit Telkom-1 pada akhirnya memberikan pelajaran bagi bisnis perbankan untuk menyiapkan jaringan cadangan. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dunia perbankan dibuat kelimpungan oleh gangguan satelit telekomunikasi milik PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, Telkom-1. Pasalnya, ribuan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) milik perbankan lokal lumpuh karena koneksi data melalui satelit terputus sejak Jumat (25/8) lalu.

Berdasarkan data Telkom, satelit Telkom-1 menerima sinyal dari 12.030 unit ATM. Artinya, jumlah itu setara dengan 11,6 persen dari total ATM yang beroperasi di Indonesia per Juli 2017, 103.953 unit.

Proses untuk memulihkan koneksi jaringan ATM yang terganggu memerlukan waktu. Terbukti, per Rabu (30/8), Telkom menyatakan baru mampu memulihkan koneksi 2.591 unit ATM saja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Diperkirakan, seluruh koneksi ATM paling lambat pulih pada 10 September 2017. Pasalnya, pengalihan koneksi sendiri harus dilakukan secara langsung.

Dalam hal ini, teknisi harus datang langsung ke lokasi pemancar VSAT untuk mengarahkan ke satelit baru. Beberapa satelit baru yang disiapkan untuk menerima limpahan koneksi Telkom-1 adalah Telkom 2, Telkom 3S, APSTAR, maupun ChinaSat 10.

Ketua Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) Dani Indra mengungkapkan satelit berfungsi sebagai media transmisi data dari satu lokasi ke lokasi lain. Fungsi ini penting bagi perbankan mengingat sebuah bank harus mengirim dan menerima data dari dan ke kantor cabang maupun ATM yang berada hingga ke pelosok daerah.

"Jadi sebenarnya fungsi satelit itu tidak berbeda dengan kabel," tutur Dani saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (30/8).

Kelebihan transmisi data melalui satelit adalah jangkauan yang lebih luas dibandingkan kabel. Karenanya, transmisi data melalui satelit banyak digunakan di daerah-daerah terpencil di mana sulit dijangkau oleh jaringan kabel telekomunikasi.

"Kalau di Jakarta transmisi satelit jarang. Kalaupun ada, itu di daerah yang mungkin jaringan kabelnya perlu digali dulu," ujarnya.


Namun, transmisi data menggunakan satelit juga memiliki kelemahan. Misalnya, seperti yang terjadi pada baru-baru ini. Begitu ada gangguan pada satelit, sontak seluruh koneksi yang bergantung pada satelit terganggu.

Biasanya, lanjut Dani, kebanyakan bank akan menggunakan jasa penyedia terminal pemancar dan penerima transmisi satelit (VSAT) mengingat mahalnya harga beli dan operasional satelit telekomunikasi. Terminal tersebut akan dipasang di lokasi ATM yang ditentukan.

Konsekuensinya, bank akan menanggung beban sewa VSAT yang berkisar Rp1 juta per bulan per stasiun pemancar. Besar biaya sewa itu, salah satunya tergantung dari lokasi stasiun pemancar.

Imbas bagi Perbankan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER