Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 tahun sebesar Rp397,2 triliun, atau 2,19 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Adapun, angka ini lebih rendah dibanding APBNP 2017 sebesar 2,92 persen.
Ia optimistis angka defisit ini mampu menopang target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen untuk tahun depan. Menurutnya, Indonesia tidak butuh kebijakan fiskal yang terlalu ekspansif.
Sebab menurut Sri Mulyani, perekonomian Indonesia tidak dalam masa resesi sehingga fiskal tidak didesain dalam bentuk yang terlalu ekspansif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini berbeda dengan negara-negara yang ekonominya mengalami kontraksi, mereka membuat desain APBN di mana defisitnya besar agar bisa
leverage ekonominya. Sementara Indonesia saat ini tak mengalami resesi," ungkap Sri Mulyani di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (11/9).
Menurutnya, defisit anggaran ini diperlukan untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi. Ia beralasan, saat ini Indonesia masih merasakan deleveraging sektor keuangan selama satu dekade terakhir sebagai imbas krisis keuangan global. Akibatnya, sektor keuangan melakukan konsolidasi dan pembiayaan untuk memperkuat neracanya.
Oleh sebab itu, defisit APBN didesain agar bisa meminimalisasi dampak krisis akibat aksi sektor keuangan tersebut.
"Sehingga, terminologi bahwa APBN perlu ekspansi
purely dari sisi fiskal harus sedikit diubah. APBN harus menjaga pertumbuhan ekonomi yang kondusif, namun ia tidak menjadi instrumen yang utama," paparnya.
Alih-alih ekspansi fiskal, Sri Mulyani menilai bahwa target pertumbuhan 5,4 persen di tahun depan perlu disokong dari investasi. Menurutnya, tidak ada negara yang bisa menembus pertumbuhan ekonomi tinggi tanpa adanya investasi.
Untuk itu, ia berharap komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) bisa bertumbuh 6,3 persen di dalam PDB tahun depan dan memperbesar porsi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dari posisi 14,5 persen di tahun ini dan tumbuh 17 hingga 19 persen.
"Kunci utama tetap investasi. Semua negara yang ekonominya bisa tumbuh di atas 5 persen adalah investasi. Kalau dilihat, China dan India yang tumbuh di atas 6 hingga 7 persen
growth investasinya di atas
double digit," pungkasnya.
Sebelumnya, DPR dan pemerintah telah menyetujui asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen di tahun depan. Adapun, asumsi ini disetujui bersama dengan inflasi sebesar 3,5 persen, nilai tukar sebesar Rp13.400 per Dollar AS, dan bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) di angka 5,2 persen.