ANALISIS

Menimbang Ekspektasi Likuiditas Longgar Perbankan Akhir 2017

CNN Indonesia
Kamis, 19 Okt 2017 12:06 WIB
Hingga akhir tahun ini, baik analis maupun bankir sepakat likuditas perbankan bakal lebih longgar dibandingkan tahun lalu.
Kondisi likuiditas di akhir tahun dinilai menggunakan proksi penempatan kelebihan (ekses) likuditas perbankan yang ditempatkan di Bank Indonesia. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Andry memprediksi kondisi likuiditas di akhir tahun menggunakan proksi penempatan kelebihan (ekses) likuditas perbankan yang ditempatkan di Bank Indonesia.

"Ekses likuiditas itu tidak digunakan bank untuk penyaluran kredit dan bisa ditarik sewaktu-waktu," katanya.

Ia memperkirakan, penempatan ekses likuiditas di BI hingga akhir tahun ada di kisaran Rp400 triliun hingga Rp450 triliun. Proyeksi itu lebih tinggi dari posisi akhir tahun lalu yang hanya berkisar Rp324 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para bankir juga tak khawatir dengan kondisi likuiditas di akhir tahun.

Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai likuditas di perusahaannya bakal sangat longgar. Rasio LFR diperkirakan bakal ada di kisaran 74,5 persen.

"DPK naik lumayan besar dan kredit belum seperti yang diharapkan," ujar Jahja.

Pada paruh pertama tahun ini, BCA mencatatkan pertumbuhan kredit secara tahunan sebesar 11,9 persen menjadi Rp433 triliun. Pertumbuhan kredit tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan DPK yang tercatat 16,7 persen menjadi Rp572,2 triliun.

Senada dengan Jahja, Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk Haryono Tjahjarijadi juga meyakini likuiditas bakal terjaga hingga akhir tahun.

"Sesuai dengan kondisi saat ini, LFR [Mayapada] kurang lebih di kisaran 82 hingga 85 persen akan bisa bertahan hingga akhir tahun. Artinya likuiditas di pasar normal/likuid," jelasnya.

Tahun ini, Haryono menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 17 hingga 18 persen atau melambat dibandingkan realisasi tahun lalu yang bisa tumbuh 37,84 persen.

Selain perekonomian yang belum sepenuhnya pulih, perlambatan penyaluran kredit tahun ini juga disebabkan oleh korporasi yang mengambil opsi pembiayaan melalui penerbitan sertifikat deposito (NCD).

"Korporasi yang bisa menerbitkan NCD adalah korporasi yang sudah dirating oleh lembaga independen," ujarnya.

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER